Nikel terhempas sentuh level terendah



JAKARTA. Harga nikel kembali terlempar menyentuh level terendahnya sejak tahun 2009 silam. Ini akibat tekanan dari buruknya keadaan ekonomi di China dan kekhawatiran meningkat pasca hasil referendum Yunani yang menolak paket bantuan bailout.

Mengutip Bloomberg, Senin (6/7) pukul 10.49 am di Hong Kong harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange merosot 1,8% ke level US$ 11.780 per metrik ton atau terendah dalam enam tahun terakhir. Harga ini juga sudah terkikis 0,46% dalam sepekan terakhir.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menuturkan bahwa pelemahan tajam ini menyusul sentimen negatif yang datang dari bursa Shanghai Commodity Exchange sejak beberapa waktu lalu. Investor cenderung menahan diri dan tidak melakukan transaksi di bursa berjangka China karena kekhawatiran gejolak krisis Yunani yang berimbas ke China.


“Permintaan berbasis logam seperti nikel terkena dampak penurunan permintaan dari investor,” kata Deddy. Keadaan ini mendorong timbulnya spekulasi di pasar bahwa pasokan nikel akan semakin membludak dengan minimnya permintaan.

Apalagi sebelumnya Shanghai Commodity Exchange menerapkan kebijakan untuk menerima pasokan nikel dari produsen terbesar, Norilsk Nickel dari Rusia. “Norilsk diperbolehkan untuk melakukan pengiriman stok. Langkah ini diambil setelah dikhawatirkan pemasok dalam negeri China tidak mampu memenuhi pasokan yang dibutuhkan,” papar Deddy.

Padahal cadangan nikel di LME juga terhitung masih berada di level tinggi. Semakin mempertegas bahwa stok masih berlebih jika dibandingkan dengan permintaan yang ada di pasar.

“Di luar itu masalah krisis Yunani juga menyeret harga nikel,” kata Deddy. Pasca hasil referendum Yunani menyatakan 63,1% responden menolak paket bantuan bailout dan hanya 38,9% yang menerima. Peluang Yunani hengkang dari Zona Eropa semakin besar.

Kecemasan akan masalah Yunani yang belum berujung ini membuat index USD kembali melambung. Hingga Senin (6/7) pukul 15.13 WIB index USD naik 0,12% ke level 96,26. “Tentunya ini menekan harga, sementara dengan krisis Eropa jelas permintaan dari Eropa akan menyusut padahal Eropa termasuk konsumen terbesar nikel,” papar Deddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto