Nikkei: Indeks PMI manufaktur Indonesia meningkat di Desember 2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menutup tahun 2018, aktivitas manufaktur Indonesia mengalami peningkatan. Nikkei dan IHS Markit, Rabu (2/1) merilis, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia mencapai 51,2 pada Desember 2018, naik dari capaian sebelumnya sebesar 50,4 pada November 2018.

Nikkei menilai, kondisi kesehatan sektor manufaktur Indonesia pengalami perbaikan di tingkat sedang sepanjang Desember. Dalam keterangan tersebut, tanda-tanda perbaikan ditunjukkan oleh naiknya permintaan dan bisnis baru seiring dengan menguatnya permintaan domestik di akhir tahun.

"Permintaan baru naik untuk pertama kalinya dalam empat triwulan selama bulan Desember, terutama didorong oleh pasar domestik," terang Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw.


Selain itu, Bernard melihat, perusahaan turut memperbesar kapasitas operasionalnya sejalan dengan kenaikan penjualan. Lantas, penciptaan lapangan kerja mencetak laju paling kuat selama empat bulan terakhir pada bulan Desember. "Kepercayaan bisnis bertahan tinggi, dengan lebih dari 45% perusahaan memperkirakan kenaikan output pada tahun mendatang," lanjut Bernard.

Akan tetapi, penjualan ke pasar luar negeri masih terus menurun. Nikkei menilai, perusahaan kerap menyalahkan sengitnya kompetisi pasar atas penurunan ekspor tersebut. Secara rata-rata, data PMI selama triwulan keempat juga masih merupakan yang paling lemah pada tahun ini.

Inventori input dan barang juga terus menurun, terutama karena adanya kesulitan memperoleh bahan baku dan kenaikan efisiensi pada pengiriman produk akhir. Untungnya, di sisi lain, naiknya biaya input akibat kenaikan harga bahan baku tak serta merta meningkatkan tekanan inflasi.

“Stabilisasi rupiah terhadap dolar yang terjadi baru-baru ini membantu menahan tekanan inflasi. Survei PMI menunjukkan biaya input naik solid pada akhir tahun, namun pada kisaran yang lebih rendah dibandingkan dengan beberapa bulan terakhir.” ujar Bernard.

Adapun, Nikkei mengungkapkan, kepercayaan bisnis terhadap output ke depan masih bertahan positif pada akhir tahun 2018. Alasannya, masih terdapat optimisme termasuk rencana untuk memperbaiki proses produksi dan menaikkan inventori input, ditambah dengan model produk baru dan aktivitas promosi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli