JAKARTA. PT Pelat Timah Nusantara Tbk atau PT Latinusa Tbk (NIKL) telah menyelesaikan tahap akhir dari proyek scroll cut-nya, yang merupakan bagian dari proyek revamping. Direktur Komersial NIKL, Suprapto menyebut scroll cut merupakan salah satu strategi efisiensi operasional, berupa teknik pemotongan yang lebih efisien. Proyek scroll cut ini akan masuk dalam komposisi aktiva tetap, dengan nilai biaya Rp 53 miliar. Suprapto bilang, diharapkan dengan rampungnya Scroll cut, NIKL bisa menaikkan kapasitas produksi menjadi 160 ribu ton dari 130 ribu ton di tahun lalu. "Sehingga bisa mengurangi komposisi kerugian kami di kuartal ketiga," ungkapnya. Sebagai informasi, pada kuartal ketiga kemarin, NIKL mengalami kerugian Rp 44 miliar, jatuh cukup signifikan mengingat, pada tahun 2011 lalu, di kuartal yang sama, NIKL masih mencatatkan laba bersih Rp 29 Miliar. "Kerugian ini terjadi karena menurunnya permintaan tinplate (bahan baku kaleng) pada pasar domestik dan karena depresiasi rupiah," jelas Suprapto. Dengan masih mempertimbangkan volatilitas yang tinggi pada industri baja, NIKL masih enggan memberikan komentar mengenai seberapa banyak kerugian akan ditutupi sampai akhir tahun nanti. "Harga baja di global masih belum menentu, belum bisa beri target," jawab Suprapto.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
NIKL telah rampungkan proyek scroll cut
JAKARTA. PT Pelat Timah Nusantara Tbk atau PT Latinusa Tbk (NIKL) telah menyelesaikan tahap akhir dari proyek scroll cut-nya, yang merupakan bagian dari proyek revamping. Direktur Komersial NIKL, Suprapto menyebut scroll cut merupakan salah satu strategi efisiensi operasional, berupa teknik pemotongan yang lebih efisien. Proyek scroll cut ini akan masuk dalam komposisi aktiva tetap, dengan nilai biaya Rp 53 miliar. Suprapto bilang, diharapkan dengan rampungnya Scroll cut, NIKL bisa menaikkan kapasitas produksi menjadi 160 ribu ton dari 130 ribu ton di tahun lalu. "Sehingga bisa mengurangi komposisi kerugian kami di kuartal ketiga," ungkapnya. Sebagai informasi, pada kuartal ketiga kemarin, NIKL mengalami kerugian Rp 44 miliar, jatuh cukup signifikan mengingat, pada tahun 2011 lalu, di kuartal yang sama, NIKL masih mencatatkan laba bersih Rp 29 Miliar. "Kerugian ini terjadi karena menurunnya permintaan tinplate (bahan baku kaleng) pada pasar domestik dan karena depresiasi rupiah," jelas Suprapto. Dengan masih mempertimbangkan volatilitas yang tinggi pada industri baja, NIKL masih enggan memberikan komentar mengenai seberapa banyak kerugian akan ditutupi sampai akhir tahun nanti. "Harga baja di global masih belum menentu, belum bisa beri target," jawab Suprapto.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News