JAKARTA. Berlakunya perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN dan China (AC-FTA) sejak 1 Januari 2010 lalu tidak selalu merugikan Indonesia. Buktinya, tahun ini, nilai ekspor produk makanan dari Indonesia ke China naik tajam. Sebut saja, bubuk coklat, biskuit, produk olahan kelapa dan beberapa produk ikan. Nilai ekspor bubuk coklat (cocoa powder) selama Januari-April 2010 lalu mencapai US$ 4,62 juta, naik 289,17% ketimbang periode sama tahun lalu. Pada periode sama, nilai ekspor biskuit dari Indonesia ke China juga melejit 220,41% menjadi US$ 3,22 juta. Sementara nilai ekspor produk olahan kelapa naik 21,54% menjadi US$ 330.000. Adapun produk ikan yang diekspor ke China, antara lain ikan beku yang nilai ekspornya mencapai US$ 2,02 juta. Nilai ekspor beberapa produk makanan ini memang masih sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai impor komoditas tambang ke China. Meski begitu, "Dengan kenyataan ini, ke depan makanan olahan bisa jadi peluang bagi kita untuk meningkatkan ekspor ke China," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Eddy Putra Irawady, Kamis (1/7).Chieff Executive Officer Garudafood Sudhamek Agung Waspodo Sunjoto setuju dengan pernyataan Eddy. Menurutnya, pasar makanan olahan di China merupakan pasar yang besar. "Selain itu, banyak penduduknya yang belum loyal pada produk tertentu," ujarnya. Karena itu, sejak 2006 lalu, Garudafood membangun perusahan patungan dengan perusahaan China untuk memproduksi biskuit. "Ke depan, kami akan mengembangkan produk kacang olahan," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Nilai Ekspor Makanan ke China Naik
JAKARTA. Berlakunya perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN dan China (AC-FTA) sejak 1 Januari 2010 lalu tidak selalu merugikan Indonesia. Buktinya, tahun ini, nilai ekspor produk makanan dari Indonesia ke China naik tajam. Sebut saja, bubuk coklat, biskuit, produk olahan kelapa dan beberapa produk ikan. Nilai ekspor bubuk coklat (cocoa powder) selama Januari-April 2010 lalu mencapai US$ 4,62 juta, naik 289,17% ketimbang periode sama tahun lalu. Pada periode sama, nilai ekspor biskuit dari Indonesia ke China juga melejit 220,41% menjadi US$ 3,22 juta. Sementara nilai ekspor produk olahan kelapa naik 21,54% menjadi US$ 330.000. Adapun produk ikan yang diekspor ke China, antara lain ikan beku yang nilai ekspornya mencapai US$ 2,02 juta. Nilai ekspor beberapa produk makanan ini memang masih sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai impor komoditas tambang ke China. Meski begitu, "Dengan kenyataan ini, ke depan makanan olahan bisa jadi peluang bagi kita untuk meningkatkan ekspor ke China," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Eddy Putra Irawady, Kamis (1/7).Chieff Executive Officer Garudafood Sudhamek Agung Waspodo Sunjoto setuju dengan pernyataan Eddy. Menurutnya, pasar makanan olahan di China merupakan pasar yang besar. "Selain itu, banyak penduduknya yang belum loyal pada produk tertentu," ujarnya. Karena itu, sejak 2006 lalu, Garudafood membangun perusahan patungan dengan perusahaan China untuk memproduksi biskuit. "Ke depan, kami akan mengembangkan produk kacang olahan," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News