Nilai impor bahan baku farmasi meningkat



JAKARTA. Pharma Materials Management Club (PMMC) memprediksi nilai impor bahan baku farmasi di Indonesia pada tahun ini mencapai US$ 1,35 miliar. Di sisi lain, penjualan farmasi 2013 ditaksir senilai US$ 5,4 miliar atau tumbuh 13,4% dibandingkan realisasi tahun lalu.

Ketua PMMC Kendrariadi Suhanda menyatakan, proyeksi penjualan farmasi didasari oleh pertumbuhan rata-rata tahunan kenaikan atau compound annual growth rate (CAGR) industri farmasi sebesar 13,4%. "Kami memperkirakan pasar farmasi pada 2012 sampai dengan 2015 akan ada kenaikan CAGR sebesar 13,4%," ujar dia kepada KONTAN, Minggu (27/1).

Porsi bahan baku terhadap penjualan farmasi masih stabil, yakni sebesar 25% dari total omzet industri farmasi. Dus, pada 2014, nilai impor bahan baku farmasi diperkirakan mencapai US$ 1,53 miliar dari estimasi penjualan farmasi senilai US$ 6,12 miliar.


Kendrariadi mengemukakan, prediksi pertumbuhan industri farmasi masih relatif stabil. Sebab, tak sedikit perusahaan farmasi menggelar ekspansi usaha. Apalagi, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat masih dianggap dalam batas wajar dan belum mendorong perusahaan farmasi merevisi pertumbuhan tahunan. "Beberapa produsen farmasi terus menambah produksi sehingga kebutuhan bahan baku otomatis turut bertambah," kata dia.

Sekretaris Perusahaan PT Kimia Farma Tbk Djoko Rusdianto menyatakan bahwa situasi makro dan pasar farmasi domestik masih sama dengan tahun lalu. "Saya memprediksi tahun ini impor bahan baku secara industri akan sama dengan prediksi pertumbuhan industri farmasi," ujar dia.

Kimia Farma memproyeksikan nilai penjualan sepanjang tahun ini mencapai Rp 4,64 triliun. Jumlah itu tumbuh 16% dari penjualan tahun lalu yang senilai Rp 4 triliun. Namun Djoko belum bisa menginformasikan dana yang digelontorkan perusahaan itu untuk membeli bahan baku farmasi. Dia hanya mengemukakan, harga pokok obat Kimia Farma mencapai 56% dari nilai penjualan. Harga pokok ini antara lain mencakup nilai bahan baku dan ongkos produksi.

PT Indofarma Tbk juga berniat meningkatkan impor bahan baku farmasi sebanyak 25% atau sebesar Rp 280 miliar pada tahun ini. Presiden Direktur Indofarma, Djakfaruddin Junus, menjelaskan, demi genjot pendapatan tahun ini yang diproyeksikan mencapai Rp 1,4 triliun, perusahaan farmasi pelat merah ini akan menambah jumlah impor bahan baku sebesar 25% dari tahun lalu.

"Kami akan meningkatkan kapasitas produksi hingga 200% pada tahun ini. Untuk mencapai target tersebut, Indofarma harus menggenjot belanja bahan baku," ungkap dia.

Selama ini Indofarma masih mengandalkan bahan baku farmasi yang berasal dari China dan India, yakni sebesar 70% total kebutuhan bahan baku. Porsi kedua negara tadi lebih besar ketimbang kontribusi negara Amerika dan Eropa yang hanya 30% kebutuhan bahan baku.

Langkah serupa juga dilakukan SOHO Grup. Perusahaan farmasi ini siap meningkatkan impor bahan baku sebesar 10%. Presiden Direktur Soho Grup Marcus Pitt berujar, meski harga bahan baku impor naik 5%-6%, perusahaan ini tetap akan mengerek impor bahan baku. "Tahun ini kami menargetkan penjualan tumbuh 17% dibandingkan tahun lalu. Maka itu, kami harus menggenjot produksi," kata dia.

Apalagi, tahun ini komposisi produk obat-obatan SOHO sebanyak 60% masih berbahan kimia dan 40% adalah obat herbal. Sebesar 90% bahan baku obat kimia seperti obat injeksi dan obat generik masih impor yakni dari China, India dan negara di Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro