Nilai impor BBM mencapai Rp 1,7 triliun per hari



JAKARTA. Nilai impor bahan bakar minyak mencapai 150 juta dollar AS per hari atau setara Rp 1,7 triliun per hari. Beban kebutuhan bahan bakar terus meningkat karena pertumbuhan produksi kendaraan bermotor baru dan belum adanya pembatasan kendaraan bermotor lama. Tahun 2013, produksi mobil baru diperkirakan 1,2 juta unit dan sepeda motor baru 7 juta unit. ”Impor BBM (bahan bakar minyak) memberatkan anggaran pendapatan dan belanja negara. Harus ada program keras untuk meninggalkan penggunaan BBM untuk transportasi,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik dalam peresmian tiga stasiun pengisian bahan bakar gas cair untuk kendaraan (SPB-LGV) di Denpasar, Bali, Jumat (27/9). Tiga SPB-LGV itu terletak di Nusa Dua, Denpasar, dan Badung. Gas cair untuk kendaraan (liquified gas for vehicle/LGV) dengan merek dagang Vi-Gas merupakan produksi PT Pertamina. Tingginya impor BBM terjadi karena konsumsi BBM yang terus meningkat. Konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 41,7 juta kiloliter (kl), tahun 2012 mencapai 45 juta kl, dan tahun 2013 diperkirakan mencapai 47 juta kl. Namun, konsumsi bahan bakar gas (BBG) di Indonesia baru mencapai 38.000 kl atau masih 0,08 persen dari konsumsi BBM. Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Persero Hanung Budya mengemukakan, dalam lima tahun ke depan, PT Pertamina berencana membangun 116 stasiun pengisian bahan bakar gas di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Cirebon, pantai utara Jawa, dan Surabaya. Sebanyak 30 SPB-LGV di Bali diutamakan pada wilayah-wilayah yang tidak memiliki jaringan pipa gas. Terkait upaya mengurangi impor BBM, Manajer Komunikasi PT Shell Indonesia Inggita Notosusanto, Kamis lalu, di Kuala Lumpur, Malaysia, seperti dilaporkan wartawati Kompas, Evy Rachmawati, menyatakan, tahun depan, Shell mulai meningkatkan porsi biodiesel menjadi 10 persen dalam BBM sesuai aturan pemerintah. Sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati Sebagai Bahan Bakar Lain, kandungan biodiesel (fatty acid methyl ester) secara bertahap ditingkatkan menjadi 10 persen. Inggita menjelaskan, sesuai penahapan yang diatur pemerintah, pihaknya telah menerapkan kandungan biodiesel 3 persen ke dalam BBM yang dijualnya mulai 1 September lalu. ”Kami tengah menyiapkan distribusi, pencampurannya, serta tangki pendam dan dispenser di setiap SPBU (stasiun pengisian bahan bakar untuk umum). Ini butuh waktu dan tambahan investasi,” ujar Inggita. Di sektor hulu minyak dan gas bumi, PT Pertamina Hulu Energi melalui PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PT PHE WMO) mencatat, rata-rata produksi minyak sampai September 2013 sebanyak 16.016 barrel per hari (bph). Hal ini berarti masih di bawah target produksi 20.700 bph. Menurut General Manager PT PHE WMO Bambang Kardono, Jumat, dalam diskusi dengan media, di Jakarta, tidak tercapainya target produksi minyak Blok West Madura itu lantaran keterlambatan pengadaan menara pengeboran (rig). Hal ini sebagai dampak lambannya pengambilan keputusan mengenai pengalihan pengelolaan blok itu ke PT Pertamina. (Kompas cetak/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan