KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, nilai investasi China di Indonesia mencapai US$ 30,2 miliar sejak 2019 hingga kuartal I-2024. Tercatat, ada 21,022 ribu proyek kerja sama selama periode tersebut. Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Riyatno mengatakan, China berada dalam peringkat lima besar sumber investasi asing di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2023 lalu, China menempati urutan kedua terbesar soal investasi di Indonesia setelah Singapura.
"Hadirnya investasi China membantu Indonesia dalam peningkatan kapasitas industri dan infrastruktur dalam negeri terutama melalui investasi industri, hilirisasi dan berbagai sektor yang menciptakan nilai tambah," kata Riyatno dalam acara promosi Indonesia-China di Jakarta, Selasa (14/5).
Baca Juga: Bahlil Menegaskan Komitmen Indonesia Soal Hilirisasi di Depan Investor Australia Riyatno menerangkan, ada lima sektor utama investasi China di Indonesia sejak 2019.
Pertama, investasi di bidang industri pengolahan logam dasar senilai US$ 12,8 miliar dengan porsi 41% dari seluruh sektor investasi China. Disusul sektor transportasi, pergudangan dan telekomunikasi senilai US$ 7,9 miliar dengan porsi 26%. Kemudian listrik, gas dan air US$ 2,5 miliar dengan porsi 8%. Kemudian, industri kimia, farmasi senilai US$ 2,4 miliar dengan porsi 8% dan terakhir investasi di sektor kawasan industri, perumahan dan perkantoran sebesar US$ 2 miliar dengan porsi 7%. Deputi Sekretaris Jenderal Kadin Indonesia Komite Tiongkok, Rahmad Widjaja Sakti mengatakan saat ini China juga sudah mulai tertarik berinvestasi di bidang hilirisasi pertanian dan perikanan.
Baca Juga: Bahlil: Pembangunan IKN Akan Genjot Perekonomian Daerah Penyangga Sekitar "Hilirisasinya sudah mulai masuk ke rumput laut, perikanan, mereka lihat tambak ikan bagaimana ikan juga bisa dikembangkan," kata Rahmad dalam acara yang sama, Selasa (14/5). Selain itu, pada bidang pertanian juga China sudah mulai mencoba berinvestasi pada proyek pengembangan bibit unggul padi.
"Jadi metodenya pakai
genome sequencing padi, yang di Indonesia cuma bisa panen dua kali, tapi setelah ada metode tersebut bisa naik jadi empat kali. Secara
output jadi lebih tinggi dan efisien," ujarnya. Kendati demikian, ia menerangkan, saat ini investasi di kedua sektor tersebut masih dalam tahap pengembangan. "Lagi mulai
trial skala kecil. Belum tahu nilai investasinya," tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .