Nilai kapitalisasi besar di bursa, tiga grup ini punya portofolio terdiversifikasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga grup konglomerasi dengan nilai kekayaan paling besar di pasar saham secara berturut-turut dipegang oleh Grup Djarum, Grup Astra, dan Grup Salim.

Analis Erdhika Elit Sekuritas Hendri Widiantoro ketiga grup tersebut memiliki karakter yang hampir serupa yang mendukung jumlah kapitalisasi jumbo di pasar saham. Misalnya Grup Djarum milik Hartono bersaudara yang memiliki komposisi perusahaan dengan sustainabilitas dalam kelangsungan perekonomian.  "Terlihat dari usaha perbankannya yang seperti BBCA yang punya pengaruh besar pada perekonomian Indonesia," kata Hendri kepada Kontan.co.id, Senin (14/6). 

Sementara itu Grup Astra dan Grup Salim cenderung memiliki portofolio yang cukup terdiversifikasi. Diversifikasi usaha ASII cukup banyak, meskipun tetap dari sisi pendapatan yang terbanyak dari otomotif.


Namun sistem diversifikasinya terbilang berhasil karena masing-masing usahanya memiliki market share yang cukup tinggi. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan dan mendorong kenaikan laba. 

Baca Juga: Group Astra catat kekayaan Rp 174 triliun di pasar saham

Apalagi ASII merupakan salah satu emiten dengan pembagian dividen yang cukup stabil, meskipun besarannya disesuaikan kembali dengan keuntungan yang didapat oleh perusahaan. Hal ini jugalah yang membuat investor tertarik, sehingga dapat meningkatkan nilai kekayaan pemiliknya. 

Sementara itu secara keseluruhan perkembangan dari kapitalisasi pasar Grup Salim karena adanya aksi korporasi. Performa saham unggulannya yaitu ICBP yang mempunyai sustainabilitas cukup bagus secara jangka panjang. Permintaan produk-produk ICBP terus meningkat kendati saat ini performa sahamnya sempat tertekan dengan adanya tantangan akuisisi Pinehill Company Limited. 

Hasil performa kinerja keuangan ICBP pun di kuartal pertama 2021 cukup moncer. Terlihat dari pendapatan yang meningkat sebesar 7% menjadi Rp 12,01 triliun dibanding dengan periode sebelumnya. Kenaikan pendapatan ICBP ditopang dari penjualan dalam negeri sebesar Rp 10,83 triliun dan sisanya ekspor Rp 1,18 triliun.

Selain dari performa saham unggulannya, kekayaan dari Grup Salim juga juga meningkat karena aksi korporasi pada saham teknologi dan kesehatan yaitu DCII dan EMTK. Anthoni Salim menambah kepemilikan atas saham emiten data center yaitu PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dari semula 3,03% kini menjadi 11,12%. 

Baca Juga: Tak terkalahkan, nilai kekayaan duo Hartono di BBCA dan TOWR mencapai Rp 466 triliun

Menurut daftar pemegang saham di atas 5% yang dipublikasikan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 2 Juni 2021, transaksi pembelian ini dilakukan pada 31 Mei 2021 dengan harga Rp Rp 5.277. Total jumlah saham baru yang dibeli oleh Anthoni Salim adalah sejumlah 192,74 juta, sehingga nilai transaksi ini mencapai Rp 1,01 triliun. 

Sebelumnya, Anthoni Salim telah menguasai 72,29 juta saham DCII atau 3,03% dari total saham, dan setelah pembelian baru ini kepemilikan saham Bos Indofood ini mencapai 265 juta saham. Bayangkan saja apabila kita bandingkan dengan harga dimana Anthoni salim membeli saham DCII di harga Rp 5.000 dan harga pasar sekarang DCII berada di level Rp 50.250. Hal itu sontak menaikkan kapitalisasi pasar dari DCII dan portofolio Grup Salim. 

Selain DCII, sebelumnya Anthoni Salim juga sudah punya 9,08% atau setara dengan 5,12 miliar saham emiten konglomerasi sektor teknologi, media dan kesehatan, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) alias Emtek yang harganya juga turut menaikkan portofolio Grup Salim.

Hendri memproyeksikan untuk ASII masih akan tumbuh positif, ditambah lagi dengan adanya perpanjangan PPnBM kemudian pemulihan ekonomi yang bukan tidak mungkin akan mendorong pertumbuhan penjualan ASII dari sisi otomotif.

Baca Juga: Kekayaan Grup Salim per Senin (14/6) di pasar saham capai sekitar Rp 175,32 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati