Nilai transaksi sektor-sektor ini turun dalam, simak rekomendasi analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, per 3 April 2020, rata-rata nilai transaksi harian saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2020 hanya sebesar Rp 6,96 triliun. Jika dibandingkan dengan rata-rata nilai transaksi harian tahun sebelumnya, yakni per 5 April 2019 yang mencapai Rp 9,67 triliun, maka jumlah tersebut terkoreksi 28%. 

Sementara itu, dengan menggunakan perbandingan waktu yang sama, rata-rata volume transaksi harian di BEI sepanjang 2020 merosot 49% menjadi 7,39 miliar unit saham. Padahal, rata-rata volume transaksi harian tahun sebelumnya adalah sebanyak 14,5 miliar saham. 

Seluruh sektor saham mencatatkan penurunan volume maupun nilai transaksi harian. Dari segi nilai transaksi, properti dan real estate, aneka industri, dan perdagangan menjadi tiga sektor dengan penurunan terdalam.


Baca Juga: Nilai transaksi harian saham merosot, berikut urutan sektor dengan penurunan terdalam

Sementara itu, dari segi volume transaksi, tiga sektor yang merosot paling dalam adalah perdagangan, industri konsumsi, dan aneka industri. Meskipun begitu, secara nilai transaksi, sektor industri konsumsi hanya tergerus 19%. 

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, kinerja sektor-sektor tersebut memang cenderung negatif dan pergerakan sahamnya tidak terlalu volatile. Padahal, saat kondisi pasar saham berfluktuasi, investor biasanya mengincar saham-saham dengan volatilitas tinggi untuk memanfaatkan peluang trading

"Oleh karena itu, masyarakat menghindari sektor-sektor ini dan beralih ke sektor yang cenderung lebih volatile," ungkap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (14/4). Menurut Chris, perbankan, pertambangan, industri dasar, dan pertanian merupakan sektor saham yang banyak diminati investor. Alasannya, pergerakan harga saham sektor tersebut sangat dipengaruhi faktor eksternal, seperti harga bahan baku tambang maupun harga minyak kelapa sawit. 

Baca Juga: Core: Pemulihan ekonomi tahun depan perlu diprioritaskan pada tiga sektor

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menambahkan, sektor perdagangan dan aneka industri menorehkan penurunan terdalam karena adanya pandemi virus corona. "Virus yang meluas secara global ini menimbulkan dampak sangat besar pada sektor perdagangan dan aneka industri, sebab mengganggu ekspor-impor. Terlebih lagi, industri yang memakai bahan baku impor juga mendapat tekanan dari pelemahan kurs rupiah," tutur Herditya.

Kemudian, nilai transaksi sektor properti menurun karena investor mempertimbangkan penerapan PSAK 72 yang bakal berdampak pada pendapatan pengembang. Terlebih lagi, pandemi virus corona yang menimbulkan perlambatan ekonomi dapat menjadi tantangan dalam penjualan properti.

Untuk ke depannya, Chris memperkirakan nilai transaksi di BEI akan tetap rendah. "Ada kemungkinan tetap rendah karena efek penurunan serta adanya beberapa reksadana yang bermasalah dihentikan oleh OJK," kata dia.

Baca Juga: Sri Mulyani akan perluas insentif pajak, ini tanggapan pengusaha

Meskipun begitu, investor tetap bisa memanfaatkan peluang lewat trading saham-saham dengan volatilitas tinggi, seperti perbankan, industri dasar, dan pertambangan. Pelaku pasar juga bisa mengoleksi saham-saham murah yang banyak terdapat di sektor pertanian dan properti. 

Di sisi lain, Herditya melihat, industri konsumsi dan farmasi memiliki prospek pergerakan saham yang menarik. Mengingat pandemi Covid-19 berpeluang meningkatkan permintaan obat-obatan serta permintaan barang konsumsi biasanya naik menjelang bulan Ramadan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati