Nilai tukar rupiah berpotensi menguat pada awal pekan ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berpotensi menguat pada awal pekan ini. Kurs rupiah sedang berada dalam tren positif.

Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di rentang Rp 14.270 per dolar AS-Rp 14.330 per dolar AS pada hari ini, Senin (4/10). Dia melihat, secara teknikal, rupiah juga sudah melemah sehingga waktunya untuk rebound

Sedangkan analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf memperkirakan rupiah berpotensi menguat tipis. Dia memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.290 per dolar AS-Rp 14.330 per dolar AS. 


Baca Juga: Return obligasi korporasi tahun ini sudah dua kali lipat obligasi negara

David mengungkapkan, katalis positif bagi penguatan rupiah datang dari data inflasi Indonesia yang dirilis pada Jumat (1/10) kemarin. Asal tahu saja, pada September kemarin, Indonesia justru mencatatkan deflasi sebesar 0,04% secara bulanan.

“Di saat negeri lain mencatatkan lonjakan inflasi, yang terjadi di Indonesia justru stabil (inflasinya). Ini jadi sentimen positif rupiah untuk perdagangan Senin,” kata David kepada Kontan.co.id, Jumat (1/10).

Para pelaku pasar masih akan terus mengamati pergerakan harga komoditas yang masih naik tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Kendati begitu, David mengekspektasikan rupiah masih akan menguat.

Baca Juga: Kinerja seluruh reksadana akan terangkat pemulihan ekonomi

Alwi menerangkan, saat ini sentimen yang ada di pasar cukup beragam. Menurut dia, faktor yang mungkin membuat rupiah menguat adalah koreksi dolar AS. Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi AS, yang sebelumnya sempat mencapai level tertinggi di angka 1,5%, pada hari Jumat mulai turun ke 1,48%.

Dari dalam negeri, Alwi mengatakan tidak ada data ekonomi yang dirilis. Namun perkembangan mengenai jumlah kasus Covid-19 yang terus turun bisa menjadi sentimen positif. Apalagi PPKM di Jakarta berpotensi menjadi level 2 yang turut menambah sentimen positif untuk rupiah. 

“Selain itu kenaikan harga komoditas membuat devisa hasil ekspor yang dinikmati Indonesia semakin banyak sehingga ketersediaan valas pun memadai,” kata Alwi kepada Kontan.co.id, Sabtu (2/10).

Namun, Alwi melihat saat ini pasar juga masih rentan mengingat masih banyak ketidakpastian seperti lonjakan kasus Covid-19, terutama di AS dan negara lainnya. Lalu ada tanda-tanda melambatnya ekonomi di China, yang ditandai PMI manufaktur mengalami kontraksi 49,6 di September. Serta adanya isu tapering, yang masih menjadi sentimen pemberat rupiah.

Baca Juga: Dolar AS menjadi mata uang yang paling perkasa di hadapan rupiah

Adapun, pada Jumat (11/10), rupiah di pasar spot ditutup menguat tipis 0,03% ke Rp 14.308 per dolar AS. Dalam sepekan rupiah tercatat masih melemah sebesar 0,35%. 

Sementara di kurs Jisdor Bank Indonesia, mata uang Garuda ini ditutup di level Rp 14.315 per dolar AS atau menguat 0,04%. Tapi, sepanjang pekan kemarin, rupiah justru melemah 0,45%.

Baca Juga: Rupiah kembali melemah di atas Rp 14.300 per dolar AS, ini sebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati