KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berpotensi menguat pada perdagangan Kamis (29/7). Federal Reserve yang masih akan menahan suku bunga menjadi sentimen positif bagi aset berisiko, termasuk rupiah Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Puteri memperkirakan rupiah akan diperdagangkan pada kisaran Rp 14.460 per dolar Amerika Serikat (AS)-Rp 14.505 per dolar AS dengan kecenderungan menguat tipis. Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf memperkirakan, rupiah akan bergerak pada rentang Rp 14.480 per dolar AS-Rp 14.520 per dolar AS. Renyu mengungkapkan, hasil rapat The Fed memang jadi agenda yang diantisipasi oleh pelaku pasar. “Pasar paling menantikan, apakah akan ada pernyataan tambahan terkait ekspektasi kenaikan suku bunga di masa yang akan datang apakah akan lebih cepat dari rencana semula atau tidak,” kata Reny kepada Kontan.co.id, Rabu (28/7).
Selain itu, Reny menyebut pelaku pasar juga akan menantikan apakah ada sinyal lanjutan dari para pejabat The Fed terkait informasi soal rencana tapering. Menurut dia, kedua pernyataan tersebut akan menjadi perhatian utama pasar. Baca Juga: Wall Street: S&P dan Dow Jones turun setelah pernyataan The Fed tentang suku bunga Sementara dari dalam negeri, sudah tidak ada data ekonomi signifikan yang bisa menunjang pergerakan rupiah. Di satu sisi, jumlah kasus Covid-19 yang sedikit turun bisa sedikit meringankan tekanan rupiah pada esok hari. Alwi menyebut, sentimen utama akan datang dari hasil FOMC meeting. Belum akan ada perubahan kebijakan pada rapat The Fed. Hanya saja, pelaku pasar akan lebih fokus ke apakah ada pembicaraan para pejabat The Fed mengenai kapan tapering akan dilakukan. “Jika banyak pejabat yang mendukung pembahasan tapering, mungkin pasar akan menangkap sinyal hawkish dan ini bisa menguatkan dolar AS. Selain itu, potensi tapering juga akan mengurangi minat investor atas mata uang emerging markets, yang berpotensi membuat dana kembali ke AS,” kata Alwi kepada Kontan.co.id, Rabu (28/7).