KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat di perdagangan pekan terakhir November 2024. Pekan depan, rupiah diperkirakan volatile seiring ramainya rilis data ekonomi dan tenaga kerja. Mengutip Bloomberg, Jumat (29/11), rupiah spot ditutup pada posisi Rp 15.847 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah tercatat menguat sekitar 0,16% secara harian dan naik 0,18% dari level akhir pekan lalu Rp 15.875 per dolar AS. Sementara, kurs Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup pada posisi Rp 15.856 per dolar AS, Jumat (29/11). Rupiah Jisdor menguat 0,05% dari posisi kemarin, namun melemah 0,34% dalam sepekan terakhir dari posisi Rp 15.911 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mencermati, rupiah sepekan ini menguat terhadap dolar AS yang terkoreksi oleh aksi ambil untung (
profit taking). Gencatan senjata Israel-Hizbulah juga memberikan tekanan pada aset aman (
safe haven) dolar AS.
Baca Juga: Risiko Investasi di Indonesia Meningkat, Begini Efeknya ke Pasar Surat Utang Selain itu, tidak ada rilis data penting domestik minggu ini. Data ekonomi Amerika Serikat (AS) seperti PDB dan inflasi PCE serta risalah pertemuan FOMC semuanya tidak ada kejutan dan umumnya sesuai dengan harapan pasar. Keyakinan investor juga meningkat apabila Federal Reserve (the Fed) masih akan memangkas suku bunga pada bulan Desember. Probabilitas naik dari 52% minggu lalu menjadi 66% minggu ini. "Pilkada yang kondusif juga ikut mendukung rupiah," ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (29/11). Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, rupiah cenderung mengalami penguatan pada perdagangan hari ini sejalan dengan tren penurunan dolar AS. The Greenback melemah tidak terlepas dari investor yang melakukan
rebalancing asset dolar AS, usai reli signifikan sepanjang bulan ini. "Alhasil, rupiah mampu menguat sekitar 0,16% ke level Rp 15.845 per dolar AS," kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (29/11).
Baca Juga: Antisipasi Trump Effect di Indonesia, 2 Ekonom Ini Beri Saran Berikut Pada pekan depan, Josua memperkirakan, rupiah bergerak mengikuti sentimen domestik terkait dengan inflasi Indonesia, data PMI global, serta data-data ketenagakerjaan AS, termasuk ADP Employment Change dan JOLTS Job Opening. Proyeksi pasar memperlihatkan bahwa mereka memperkirakan pelonggaran pasar tenaga kerja AS, sehingga bila hal tersebut sesuai dengan ekspektasi, maka rupiah berpotensi menguat pada pekan depan. Lukman melihat, investor pekan depan akan menghadapi banyak data ekonomi yang penting baik dari domestik maupun eksternal. Rupiah diperkirakan akan bergerak merespons rilis data-data tersebut. Dari domestik, data inflasi dan PMI manufaktur pada hari Senin, serta cadangan devisa (cadev) pada hari Jumat bakal menjadi perhatian. Dari eksternal, data manufaktur PMI China dan ISM AS, pidato Powell, data tenaga kerja ADP serta NFP bakal menjadi sorotan.
Baca Juga: Rupiah Masih Bergerak Fluktuatif, Ekonom Beberkan Biang Keroknya Namun, Lukman menilai dari data-data ekonomi AS yang masih kuat pada rilis sebelumnya, maka rupiah diperkirakan akan cenderung tertekan. Data inflasi Indonesia juga diperkirakan akan menunjukkan inflasi tahunan yang kembali turun, memberikan tekanan pada BI dalam hal kebijakan tingkat suku bunga. "Data NFP juga diperkirakan akan kembali
rebound jauh lebih tinggi ke 183 ribu pekerjaan dibandingkan 12 ribu dalam rilis bulan lalu," tutur Lukman.
Lukman memproyeksi, Rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.750 per dolar AS–Rp 16.000 per dolar AS di perdagangan pekan depan. Sedangkan, Josua memprediksi rupiah bergerak di kisaran Rp 15.775 per dolar AS–Rp 15.900 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati