KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup melemah imbas sikap hawkish Federal Reserve. Dolar Amerika Serikat (AS) perkasa di hadapan sekeranjang mata uang termasuk rupiah. Mengutip Bloomberg, hari ini Rabu (8/3), rupiah di pasar spot melemah 0,46% ke level Rp 15.437 per dolar AS. Sementara, rupiah di Jisdor Bank Indonesia (BI) melemah 0,59% ke level Rp 15.451 per dolar AS. Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS mencapai level tertinggi tiga bulan terhadap sejumlah mata uang pada hari ini. Hal itu menyusul lonjakan imbal hasil US Treasury, setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa suku bunga kemungkinan akan naik lebih dari ekspektasi pasar.
Powell mengatakan dalam sebuah kesaksian di depan Kongres bahwa The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga lebih dari ekspektasi pasar, menyusul ketahanan ekonomi AS baru-baru ini. Pasar dengan cepat mulai memperkirakan peluang yang lebih besar untuk kenaikan 50 basis poin (bps) pada bulan Maret, naik dari ekspektasi sebelumnya untuk kenaikan 25 bps. Imbal hasil Treasury AS juga melonjak dalam perdagangan semalam, dengan bias terhadap imbal hasil jangka pendek. Hal ini pada gilirannya menyebabkan pendalaman lebih lanjut pada kurva imbal hasil. Selisih antara imbal hasil dua tahun dan 10 tahun mendekati level terendah sejak Oktober. Baca Juga: Investasi Emas Pilihan Terbaik untuk Melindungi Nilai Uang "Komentar Powell muncul setelah inflasi yang lebih kuat dari perkiraan dan pembacaan pasar tenaga kerja untuk Januari menunjukkan bahwa Fed kemungkinan perlu memperketat kebijakan lebih lanjut untuk memastikan tren penurunan inflasi yang berkelanjutan," tulis Ibrahim dalam riset harian, Rabu (8/3). Ibrahim bilang, fokus minggu ini sebagian besar tertuju pada aksi The Fed dan pasar tenaga kerja, dengan laporan Beige Book bank sentral tentang ekonomi yang akan dirilis pada hari Rabu. Data nonfarm payrolls untuk bulan Februari akan dirilis pada hari Jumat, di mana tanda-tanda kekuatan ekonomi memberi Fed lebih banyak ruang untuk terus menaikkan suku bunga. "Kenaikan suku bunga telah memicu kekhawatiran akan perlambatan tajam ekonomi AS akhir tahun ini. Kurva hasil terbalik dianggap oleh pasar sebagai sinyal klasik bahwa pedagang memposisikan diri untuk potensi resesi," jelas Ibrahim. Dari dalam negeri, Bank Indonesia dalam Survei Konsumen melaporkan bahwa optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat pada Februari 2023. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Februari 2023 yang terjaga dalam zona optimis pada level 122,4. Baca Juga: Tengah Hari, Rupiah Melemah 0,54% ke Rp 15.450 Per Dolar AS, Rabu (8/3) Meskipun IKK pada Februari 2023 sedikit menurun dibandingkan 123,0 pada bulan sebelumnya, namun tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode Februari 2022 sebesar 113,1. Survei Konsumen BI pada Februari 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat. Menurut Ibrahim, terjaganya optimisme konsumen pada Februari 2023 didorong oleh meningkatnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) terutama pada komponen Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Penghasilan Saat Ini. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini tercatat sebesar 112,4, sedikit lebih tinggi dari 112,1 pada bulan sebelumnya.