KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) perbankan diprediksi masih bisa menyusut tahun ini. Namun, hal tersebut sudah bisa disiati oleh perbankan agar tetap mampu menopang pertumbuhan pendapatan di tahun 2019. Alasannya, Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan walau tren NIM perbankan cenderung menurun, namun profitabilitas tercatat tumbuh. Hal ini salah satunya tercermin dari pertumbuhan laba bersih perbankan yang sebelumnya tumbuh sebsear 14,4% secara year on year (yoy) per akhir 2017 menjadi 23,1% pada akhir tahun 2018.
"Hal ini terjadi di tengah penurunan NIM dari akhir tahun 2017 tercatat 5,32% menajdi 5,14% pada akhir tahun 2018," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (25/2). Lebih lanjut, hal ini tak lain disebabkan oleh pendapatan bunga bersih perbankan pada tahun 2018 yang masih naik 5,3% yoy. Persentase tersebut sedikit meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni tercatat baru tumbuh 4,5%. Sementara itu, pendapatan operasional selain bunga juga terkerek naik 12,8% di akhir 2018, membaik signifikan dari tahun sebelumnya yang justru turun 7,3% yoy. Namun, perbankan menurutnya cenderung menggulung pendapatan tersebut dari keuntungan transaksi spot dan derivatif. Ia pun menegaskan, secara keseluruhan profitabilitas bank cenderung membaik. Meskipun, di sisi lain nilai cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) bank tercatat tumbuh 3,4% pada akhir tahun sebelumnya yang masih tumbuh hingga 2,8%. Josua memprediksi, pada tahun ini transmisi kebijakan moneter masih akan terus berlanjut, meningat sepanjang periode Mei hingga Desember 2018 suku bunga kredit secara agregat turun sekitar 27 basis poin (bps) sementara suku bunga DPK sudah naik 108 bps. "Meskipun profitabilitas perbankan pada tahun ini masih akan ditopang NII (pendapatan bunga bersih) namun pertumbuh pendapatan oeprasional selain bunga juga diperkirakan akan terus meningkat," jelasnya. Utamanya, bank di tahun ini akan lebih galak mencuil pendapatan non bunga, mengingat semakin kompetitifnya pembiayaan sektor riil melalui pasar modal yakni melalui penerbitan obligasi korporasi.