KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI, anggota indeks
Kompas100) akan terus mendorong pertumbuhan pendapatan non bunga atau
fee based income (FBI) di tengah tren
net interest margin (NIM) yang akan cenderung menurun.
Hingga akhir tahun, Bank BNI menargetkan FBI tumbuh sekitar 12%-14% dimana pendapatan komisi dari
recurring income diharapkan akan tumbuh lebih kencang. Meski membidik pertumbuhan
double digit, realisasi di triwulan pertama tahun ini masih belum signifikan.
Kuartal I 2019, BNI baru berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan berbasis komisi sebesar 2,3% menjadi Rp 2,59 triliun dari Rp 2,53 triliun di triwulan pertama tahun lalu.
"Ini tumbuhnya masih rendah karena
non recurring fee kami masih minus. Sedangkan
recurring fee sudah tumbuh
double digit yakni 10,5%." kata Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo pada Kontan.co.id baru-baru ini.
Dari bisnis bank, pendapatan komisi ditopang oleh
trade finance yang mengalami pertumbuhan d18,5% dari Rp 282 miliar pada kuartal I 2018 menjadi Rp 334 miliar, bank garansi tumbuh 18,6% menjadi Rp 138 miliar,
fee kredit sindikasi naik 91,5% menjadi Rp 78 miliar, pendanaan pensiun naik 28,4% menjadi Rp 51 miliar, dan
custody tumbuh 21,6% menjadi Rp 24 miliar.
Sementara
fee based income BNI dari sektor konsumer dan
retail ditopang oleh
account maintinace yang tumbuh 5,8% menjadi Rp 442 miliar, bisnis kartu naik 16,8% menjadi Rp 401 miliar, ATM tumbuh 24,3% menjadi Rp 307 miliar, pemeliharaan kartu debit naik 66,2% menjadi Rp 106 miliar dan dari
remitansi naik 13,7% menjadi Rp 57 miliar.
Untuk mendorong pertumbuhan
fee based income, BNI akan peningkatan layanan
digital banking, memperluas silang layanan Keuangan Tanpa Kantor (Branchless Banking Cross), dan meningkatkan produktivitas dari 2.247
outlet milik perseroan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi