JAKARTA. Kedatangan investor baru membawa berkah bagi PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL). Persoalan seretnya pasokan bahan baku teratasi seiring masuknya konsorsium asal Jepang sebagai pemegang saham. Mereka adalah Nippon Steel beserta Mitsui Co. Ltd., Nippon Steel Trading Ltd., dan Metal One Corporation. Konsorsium ini membeli 55% saham perusahaan yang sering disebut Latinusa itu dari induknya, PT Krakatau Steel. Proses ini berlangsung seiring dengan penjualan saham perdana ke publik (IPO) Latinusa pada 14 Desember lalu. Selama ini, Latinusa mengimpor bahan baku pembuatan pelat timah (tinplate) dari Nippon Steel. Nah, sebagai pemegang saham Nippon Steel berkomitmen memasok bahan baku Latinusa. Direktur Keuangan NIKL, Erwin bilang, hingga semester I-2010, Latinusa sudah mendapatkan pasokan bahan baku 35.000 ton dari Nippon Steel. Kepastian ini mendukung niat Latinusa mengerek produksi. Tahun ini, NIKL menaikkan target produksi dari 85.000 ton jadi 90.000 ton dan akan naik menjadi 120.000 ton di 2010. "Apalagi, sebanyak 27.000 ton sudah ada pembelinya," ujar Erwin, kemarin (23/12). Lantaran produksinya naik, target pendapatan NIKL di 2009 ikut meningkat, yakni dari Rp 1 triliun jadi Rp 1,1 triliun. Adapun laba bersih dipatok naik dari Rp 32 miliar menjadi Rp 37 miliar. Tahun depan, target pendapatan mencapai Rp 1,56 triliun, dengan laba bersih Rp 91 miliar. Yang menarik, Kozo Uchida, Vice President and Representative Director Nippon Steel telah berjanji membuat NIKL tumbuh dan besar. "Kami ingin menjadikan Latinusa sebagai produsen tinplate nomor satu di kawasan ASEAN," katanya, belum lama ini. Kini, Latinusa merupakan produsen tinplate terbesar ketiga di kawasan ASEAN setelah Thailand dan Vietnam. Erwin menambahkan, untuk menjadikan Latinusa sebagai produsen nomor satu di ASEAN, mungkin Nippon Steel akan mengalihkan pasokan bahan baku yang semula mereka jual ke Australia ke Latinusa. Jadi, Nippon Steel bisa melakukan efisiensi produksi. "Tapi, ini belum pasti," imbuhnya. Timah ikut menawar Tambahan informasi saja, menurut Erwin, selain konsorsium Nippon sebetulnya ada tiga perusahaan lain yang ikut dalam tender pembelian saham NIKL. Ketiga perusahaan itu adalah Posco, Japan Ferroalloy Association (JFA), dan PT Timah Tbk (TINS). TINS ikut lantaran sebelumnya mereka pernah memiliki saham NIKL. Sumber KONTAN bilang, TINS dan JFA gagal membeli 55% saham NIKL karena mereka menawar dengan harga lebih rendah dari Nippon Steel. "Tawarannya kurang dari Rp 400 miliar," ungkapnya, beberapa waktu lalu. Sementara, Posco mundur dari proses tender tersebut. Masih menurut sang sumber, TINS juga tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan bahan baku bagi NIKL. Padahal, Krakatau Steel, selaku pemegang saham mayoritas saat itu, ingin persoalan bahan baku bisa teratasi. Abrun Abubakar Sekretaris Perusahaan TINS mengakui TINS menawar saham Latinusa. Menurutnya, TINS menawar dengan harga rendah karena bisnis tinplate tidak terlalu strategis bagi TINS. Apalagi, bahan baku tinplate lebih banyak diimpor.
Nippon Angkat Pamor Latinusa
JAKARTA. Kedatangan investor baru membawa berkah bagi PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL). Persoalan seretnya pasokan bahan baku teratasi seiring masuknya konsorsium asal Jepang sebagai pemegang saham. Mereka adalah Nippon Steel beserta Mitsui Co. Ltd., Nippon Steel Trading Ltd., dan Metal One Corporation. Konsorsium ini membeli 55% saham perusahaan yang sering disebut Latinusa itu dari induknya, PT Krakatau Steel. Proses ini berlangsung seiring dengan penjualan saham perdana ke publik (IPO) Latinusa pada 14 Desember lalu. Selama ini, Latinusa mengimpor bahan baku pembuatan pelat timah (tinplate) dari Nippon Steel. Nah, sebagai pemegang saham Nippon Steel berkomitmen memasok bahan baku Latinusa. Direktur Keuangan NIKL, Erwin bilang, hingga semester I-2010, Latinusa sudah mendapatkan pasokan bahan baku 35.000 ton dari Nippon Steel. Kepastian ini mendukung niat Latinusa mengerek produksi. Tahun ini, NIKL menaikkan target produksi dari 85.000 ton jadi 90.000 ton dan akan naik menjadi 120.000 ton di 2010. "Apalagi, sebanyak 27.000 ton sudah ada pembelinya," ujar Erwin, kemarin (23/12). Lantaran produksinya naik, target pendapatan NIKL di 2009 ikut meningkat, yakni dari Rp 1 triliun jadi Rp 1,1 triliun. Adapun laba bersih dipatok naik dari Rp 32 miliar menjadi Rp 37 miliar. Tahun depan, target pendapatan mencapai Rp 1,56 triliun, dengan laba bersih Rp 91 miliar. Yang menarik, Kozo Uchida, Vice President and Representative Director Nippon Steel telah berjanji membuat NIKL tumbuh dan besar. "Kami ingin menjadikan Latinusa sebagai produsen tinplate nomor satu di kawasan ASEAN," katanya, belum lama ini. Kini, Latinusa merupakan produsen tinplate terbesar ketiga di kawasan ASEAN setelah Thailand dan Vietnam. Erwin menambahkan, untuk menjadikan Latinusa sebagai produsen nomor satu di ASEAN, mungkin Nippon Steel akan mengalihkan pasokan bahan baku yang semula mereka jual ke Australia ke Latinusa. Jadi, Nippon Steel bisa melakukan efisiensi produksi. "Tapi, ini belum pasti," imbuhnya. Timah ikut menawar Tambahan informasi saja, menurut Erwin, selain konsorsium Nippon sebetulnya ada tiga perusahaan lain yang ikut dalam tender pembelian saham NIKL. Ketiga perusahaan itu adalah Posco, Japan Ferroalloy Association (JFA), dan PT Timah Tbk (TINS). TINS ikut lantaran sebelumnya mereka pernah memiliki saham NIKL. Sumber KONTAN bilang, TINS dan JFA gagal membeli 55% saham NIKL karena mereka menawar dengan harga lebih rendah dari Nippon Steel. "Tawarannya kurang dari Rp 400 miliar," ungkapnya, beberapa waktu lalu. Sementara, Posco mundur dari proses tender tersebut. Masih menurut sang sumber, TINS juga tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan bahan baku bagi NIKL. Padahal, Krakatau Steel, selaku pemegang saham mayoritas saat itu, ingin persoalan bahan baku bisa teratasi. Abrun Abubakar Sekretaris Perusahaan TINS mengakui TINS menawar saham Latinusa. Menurutnya, TINS menawar dengan harga rendah karena bisnis tinplate tidak terlalu strategis bagi TINS. Apalagi, bahan baku tinplate lebih banyak diimpor.