JAKARTA. Produsen roti merek Sari Roti, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) optimistis tahun ini masih mampu mencapai target penjualan dan laba. Meskipun daya beli masyarakat Indonesia tengah lesu di tengah pelambatan ekonomi, konsumsi roti diprediksi tidak susut. Selain itu, perusahaan ini mengklaim telah menambah kapasitas produksi dan menggeber penjualan dengan pelbagai produk baru hingga akhir tahun ini. Stephen Orlando, Public Relations Nippon Indosari menyatakan hingga akhir tahun ini pekerjaan penambahan lini mesin produksi masih terus berlanjut. Aktivitas investasi ini didanai oleh anggaran belanja modal 2015 yang mencapai Rp 350 miliar.
ROTI tahun ini menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 20%. Artinya mereka ingin mencetak penjualan sekitar Rp 2,256 triliun. Walaupun tinggal tersisa dua bulan lagi, ROTI yakin penjualan tercapai. "Kami yakin dapat tercapai dan terealisasi," katanya Kamis (22/10). Ada beberapa faktor yang ikut mendorong pertumbuhan ROTI tahun 2015. Diantaranya, terus meningkatkan jangkauan sebaran penjualan produk Sari Roti sehingga konsumen dapat dengan mudah mendapatkan produk ROTI. Kedua, merek produk Sari Roti sudah kuat dan gampang terjangkau oleh masyarakat. Ketiga, masyarakat saat ini sudah mulai menjadikan produk roti sebagai salah satu pilihan makanan pokok. Mengacu laporan keuangan ROTI, sampai dengan semester pertama tahun ini, dalam hal distribusi, ROTI saat ini masih mengandalkan penjualan melalui gerai ritel modern. Menurut Stephen, penjualan melalui gerai ritel modern berkontribusi 75% dari total penjualan. Sementara penjualan melalui perdagangan umum lainnya berkontribusi 25%. Mengacu data paparan publik April 2015 lalu, sampai dengan Februari, ROTI memiliki 54.422 titik distribusi di seluruh Indonesia. Pendapatan ROTI dari hasil penjualan roti di kisaran harga jual Rp 5.000-Rp 9.999 per potong. Porsinya 36% dari total pendapatannya. Sedangkan pendapatan dari roti dengan harga jual Rp 5.000 ke bawah, berkontribusi 33% dari total pendapatannya. Adapun kontribusi dari harga roti yang dijual di kisaran Rp 10.000-Rp 17.000 per roti, menyumbang 31% dari total pendapatan ROTI. Tak menaikkan harga Karena kondisi ekonomi kurang bagus, manajemen ROTI belum berencana untuk menaikan harga. Walaupun begitu, perusahaan ini selalu melakukan review terhadap portofolio produk Sari Roti. "Review ini kami lakukan untuk menjaga pangsa pasar serta dominasi produk Sari Roti," kata Stephen. Meskipun tidak menaikkan harga jual dalam hitungan Analis Trimegah Securities Dian Octiana yang dipublikasikan awal September 2015 lalu memperkirakan tahun ini ROTI bisa membukukan penjualan sekitar Rp 2,227 triliun, sementara bottom line atawa laba bersih perusahaan ini diprediksi bisa meningkat menjadi Rp 214 miliar hingga akhir tahun ini.
Sementara, Wilbert, Research Associate PT Sinarmas Sekuritas membuat prediksi tak jauh beda. Dalam analisis yang ia publikasikan awal Agustus 2015 memprediksi laba perusahaan ini bisa mencapai Rp 2,237 triliun dengan laba bersih Rp 231 miliar. Dian menyebut keunggulan ROTI dari produsen lain adalah perusahaan ini memiliki kapasitas produksi massal yang tersebar di penjuru Indonesia. Dian mengutip data Asosiasi Bakery Indonesia (APEBI), yang memperkirakan pasar roti domestik didominasi produsen kecil sekitar (68%), diikuti oleh roti diproduksi secara massal (20%) dan roti butik (12%). Sementara keunggulan produk konsumsi ini adalah barang yang dikonsumsi dengan cepat, dan memiliki jangka waktu edar hanya 5 sampai 10 hari. Di satu sisi saat brand sudah kuat, produk yang cepat edar ini membuat peredaran kas lebih baik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri