KONTAN.CO.ID - PITTSBURGH. Nippon Steel mencapai kesepakatan untuk membeli US Steel senilai US$ 14,9 miliar secara tunai. Perusahaan Jepang ini memenangkan lelang untuk perusahaan pembuat baja ikonik berusia 122 tahun tersebut atas pesaingnya termasuk Cleveland-Cliffs dan ArcellorMittal. Harga kesepakatan sebesar US$ 55 per saham, lebih tinggi 142% dari hari perdagangan terakhir US Steel pada 11 Agustus sebelum Cleveland-Cliffs mengungkapkan tawaran tunai dan saham senilai US$ 35 per saham untuk US Steel. Langkah Cleveland-Cliffs mendorong US Steel meluncurkan proses penjualan. Dalam rapat dewan direksi pada hari Minggu, US Steel menganggap tawaran Nippon lebih unggul dibandingkan penjualan ke Cleveland-Cliffs, yang telah menaikkan penawarannya pada kisaran US$ 40 per saham, kata sumber
Reuters.
Penjualan ke Nippon Steel ini juga merupakan pukulan bagi ArcelorMittal, yang menurut laporan Reuters juga mengejar US Steel. Nippon dan ArcelorMittal memiliki pabrik di Alabama yang memproduksi produk lembaran baja dengan mengolah produk setengah jadi, atau pelat, yang diperoleh dari pemasok lokal dan luar negeri. Mereka juga menginvestasikan
electric arc furnace sekitar US$ 1 miliar.
Baca Juga: Wall Street Menguat di Awal Perdagangan Senin (18/12), Dow Jones Rekor Lagi Kesepakatan ini akan membantu Nippon, produsen baja terbesar keempat di dunia, mencapai kapasitas 100 juta ton baja mentah global, sekaligus memperluas produksinya secara signifikan di Amerika Serikat (AS). Harga baja AS diperkirakan akan meningkat seiring dengan meningkatnya produksi mobil menyusul kesepakatan produsen mobil baru-baru ini dengan serikat pekerja untuk mengakhiri pemogokan. Nippon tidak memberikan proyeksi apa pun mengenai sinergi yang akan timbul dari kesepakatan tersebut yang dapat membenarkan harga yang harus dibayar. Dikatakan bahwa sinergi tersebut akan datang dari penggabungan teknologi produksi yang maju dan pengetahuan dalam pengembangan produk, pengoperasian, penghematan energi, dan daur ulang. "Kami merasa Nippon membayar lebih untuk aset-aset tersebut. Ini bukan bidang teknologi. Ini masih merupakan siklus industri baja," kata Gordon Johnson, analis di GLJ Research. Saham US Steel diperdagangkan naik 28% pada US$ 50,50 per saham dalam perdagangan pra-pasar di New York pada hari Senin. "Seluruh komitmen U.S. Steel dengan para karyawannya, termasuk semua perjanjian perundingan bersama yang ada dengan serikat pekerja, akan dihormati," kata Nippon.
Baca Juga: PT NS BlueScope Indonesia dan PT Cilegon Waja Tama Membentuk Kemitraan Strategis Wakil presiden eksekutif Nippon Steel Takahiro Mori mengatakan kepada
Reuters dalam sebuah wawancara bahwa perusahaan tersebut telah beroperasi di AS selama 40 tahun dan yakin transaksi tersebut akan selesai. “Standard Steel dan Wheeling Nippon Steel yang kami miliki adalah perusahaan yang memiliki serikat pekerja di AS, kami memiliki sejarah yang baik dalam bekerja dengan serikat pekerja. Kami tidak melihat ada masalah peraturan atau antimonopoli dalam kesepakatan tersebut,” kata Mori.
Saham US Steel terus tertekan setelah penurunan pendapatan dan laba selama beberapa kuartal. Harga saham yang terus merosot menjadikan US Steel target pengambilalihan yang menarik bagi pesaing yang ingin menambah produsen baja yang digunakan oleh industri otomotif. US Steel juga memasok industri energi terbarukan dan mendapatkan keuntungan dari Undang-Undang Pengurangan Inflasi atawa Inflation Reduction Act (IRA), yang memberikan kredit pajak dan insentif lain untuk proyek-proyek tersebut, sesuatu yang menarik para pelamar. US Steel menyebut, transaksi dengan Nippon diperkirakan akan selesai pada kuartal kedua atau ketiga tahun 2024, tergantung pada persetujuan. Komite Penanaman Modal Asing di AS, sebuah panel AS yang meneliti kesepakatan-kesepakatan mengenai potensi risiko keamanan nasional, diperkirakan akan meninjau transaksi tersebut. Citi adalah penasihat keuangan Nippon, sedangkan Barclays Capital, Goldman Sachs dan Evercore adalah penasihat keuangan U. S. Steel.
Editor: Wahyu T.Rahmawati