TOKYO. Produsen baja nomor wahid di Jepang, Nippon Steel & Sumitomo Metal Corp, berencana membeli Nisshin Steel. Kedua belah pihak berniat melakukan konsolidasi untuk meningkatkan produksi bajanya dalam menghadapi persaingan pasar dengan produsen baja asal China. Seperti dilansir Asia Nikkei, perusahaan penghasil baja terbesar keempat di Jepang itu bersedia merger dengan Nippon Steel & Sumitomo Metal Corp. Alasannya, untuk menahan kondisi lebih buruk lagi di sektor manufaktur yang dipicu oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Itu berarti nantinya Jepang akan memiliki tiga produsen peleburan baja kelas kakap, yaitu Nippon Steel & Sumitomo Metal, JFE Holdings, serta Kobe Steel. Sementara, Nisshin Steel akan menutup pekerjaan pabrik peleburannya di daerah administrasi Hiroshima. Pernyataan terpisah dari dua sumber di bursa efek Jepang, seperti dilaporkan Bloomberg, saat ini, Nippon Steel & Sumitomo Metal masih mempertimbangkan untuk memperkuat Nisshin Steel dengan membuat anak usaha. Namun, rencana ini masih akan dibahas pada pertemuan dewan masing-masing perusahaan yang akan digelar Senin (1/2) sore. Yang pasti, melalui pengambilalihan itu, Nippon Steel & Sumitomo Metal akan semakin menjadi produsen baja raksasa. Nippon Steel & Sumitomo Metal juga akan langsung menguasai sekitar setengah pasar stainless steel di Jepang. Saat ini, perseroan tercatat menjadi pemegang saham terbesar di Nisshin Steel dengan kepemilikan saham sebesar 8,31%. Sementara sumber dari Reuters mengatakan, saat ini, pihak Nippon Steel sedang mempertimbangkan mempertebal sahamnya di Nisshin Steel menjadi 51% - 61%. Saham Nisshin Steel memiliki kapitalisasi pasar sebesar 124 miliar yen. Pada akhir pekan lalu, kenaikannya melonjak hingga 23%. Menurut data yang diolah Bloomberg, sejak awal tahun hingga hari ini, saham Nisshin Steel naik 18% menjadi 1.332 yen per lembar. Sementara, saham Nippon Steel cuma tumbuh 4%. Harian Asahi menyebutkan, nilai transaksi antara Nippon Steel & Sumitomo Metal dan Nisshin Steel diprediksi melebihi 100 miliar yen setara US$ 825 juta. Kendati demikian, kedua perusahaan belum merilis laporan kuartal terakhir mereka di tahun lalu. Dalam pengumuman terpisah, Vallourec SA yang memasok baja untuk industri minyak dan gas mengatakan, pihaknya akan meningkatkan 1 miliar euro atau US$ 1,1 miliar untuk mendanai proyek restrukturisasi. Kompetisi global Sebelumnya, Kawasaki Steel juga melakukan merger dengan NKK pada tahun 2002 silam untuk membentuk JFE Holdings. Pada tahun 2012, Nippon Steel juga bergabung dengan Sumitomo Metal Industries. Sementara, Nisshin Steel bekerja sama dengan Nippon Metal Industry dan kemudian membentuk Nisshin Steel Holdings yang saat ini dikenal sebagai Nisshin Steel. Juru bicara Nippon Steel, seperti dikutip dari Japan Times, menyebutkan pihaknya masih mempelajari upaya untuk memperkuat aliansinya dengan Nisshin Steel. Namun, langkah akuisisi dinilai akan menjadi penyelamatan industri baja terhadap persaingan global yang terjadi saat ini. "Persaingan global telah memaksa produsen baja untuk memangkas biaya demi alasan efisiensi di tengah penurunan harga baja dunia. Belum lagi, alasan permintaan pasar yang menyusut menyusul perlambatan perekonomian China dan negara-negara berkembang lainnya," ujar sumber tersebut. Sekadar informasi, China merupakan negara dengan produksi baja mencapai setengah dari pasar global dengan rekor mencapai 112,4 juta ton di sepanjang tahun lalu. Tekanan harga baja yang saat ini terjadi tidak terlepas dari produksi China yang berlebihan dengan permintaan pasar yang susut. Sementara, produksi baja mentah di Jepang turun 5% pada tahun lalu ke posisi terendah dalam enam tahun belakangan. Penurunan dikarenakan biaya produksi yang tinggi dan tekanan harga.
Nippon Steel & Sumitomo Metal berniat beli Nisshin
TOKYO. Produsen baja nomor wahid di Jepang, Nippon Steel & Sumitomo Metal Corp, berencana membeli Nisshin Steel. Kedua belah pihak berniat melakukan konsolidasi untuk meningkatkan produksi bajanya dalam menghadapi persaingan pasar dengan produsen baja asal China. Seperti dilansir Asia Nikkei, perusahaan penghasil baja terbesar keempat di Jepang itu bersedia merger dengan Nippon Steel & Sumitomo Metal Corp. Alasannya, untuk menahan kondisi lebih buruk lagi di sektor manufaktur yang dipicu oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Itu berarti nantinya Jepang akan memiliki tiga produsen peleburan baja kelas kakap, yaitu Nippon Steel & Sumitomo Metal, JFE Holdings, serta Kobe Steel. Sementara, Nisshin Steel akan menutup pekerjaan pabrik peleburannya di daerah administrasi Hiroshima. Pernyataan terpisah dari dua sumber di bursa efek Jepang, seperti dilaporkan Bloomberg, saat ini, Nippon Steel & Sumitomo Metal masih mempertimbangkan untuk memperkuat Nisshin Steel dengan membuat anak usaha. Namun, rencana ini masih akan dibahas pada pertemuan dewan masing-masing perusahaan yang akan digelar Senin (1/2) sore. Yang pasti, melalui pengambilalihan itu, Nippon Steel & Sumitomo Metal akan semakin menjadi produsen baja raksasa. Nippon Steel & Sumitomo Metal juga akan langsung menguasai sekitar setengah pasar stainless steel di Jepang. Saat ini, perseroan tercatat menjadi pemegang saham terbesar di Nisshin Steel dengan kepemilikan saham sebesar 8,31%. Sementara sumber dari Reuters mengatakan, saat ini, pihak Nippon Steel sedang mempertimbangkan mempertebal sahamnya di Nisshin Steel menjadi 51% - 61%. Saham Nisshin Steel memiliki kapitalisasi pasar sebesar 124 miliar yen. Pada akhir pekan lalu, kenaikannya melonjak hingga 23%. Menurut data yang diolah Bloomberg, sejak awal tahun hingga hari ini, saham Nisshin Steel naik 18% menjadi 1.332 yen per lembar. Sementara, saham Nippon Steel cuma tumbuh 4%. Harian Asahi menyebutkan, nilai transaksi antara Nippon Steel & Sumitomo Metal dan Nisshin Steel diprediksi melebihi 100 miliar yen setara US$ 825 juta. Kendati demikian, kedua perusahaan belum merilis laporan kuartal terakhir mereka di tahun lalu. Dalam pengumuman terpisah, Vallourec SA yang memasok baja untuk industri minyak dan gas mengatakan, pihaknya akan meningkatkan 1 miliar euro atau US$ 1,1 miliar untuk mendanai proyek restrukturisasi. Kompetisi global Sebelumnya, Kawasaki Steel juga melakukan merger dengan NKK pada tahun 2002 silam untuk membentuk JFE Holdings. Pada tahun 2012, Nippon Steel juga bergabung dengan Sumitomo Metal Industries. Sementara, Nisshin Steel bekerja sama dengan Nippon Metal Industry dan kemudian membentuk Nisshin Steel Holdings yang saat ini dikenal sebagai Nisshin Steel. Juru bicara Nippon Steel, seperti dikutip dari Japan Times, menyebutkan pihaknya masih mempelajari upaya untuk memperkuat aliansinya dengan Nisshin Steel. Namun, langkah akuisisi dinilai akan menjadi penyelamatan industri baja terhadap persaingan global yang terjadi saat ini. "Persaingan global telah memaksa produsen baja untuk memangkas biaya demi alasan efisiensi di tengah penurunan harga baja dunia. Belum lagi, alasan permintaan pasar yang menyusut menyusul perlambatan perekonomian China dan negara-negara berkembang lainnya," ujar sumber tersebut. Sekadar informasi, China merupakan negara dengan produksi baja mencapai setengah dari pasar global dengan rekor mencapai 112,4 juta ton di sepanjang tahun lalu. Tekanan harga baja yang saat ini terjadi tidak terlepas dari produksi China yang berlebihan dengan permintaan pasar yang susut. Sementara, produksi baja mentah di Jepang turun 5% pada tahun lalu ke posisi terendah dalam enam tahun belakangan. Penurunan dikarenakan biaya produksi yang tinggi dan tekanan harga.