Nipress incar posisi penguasa baterai BTS



JAKARTA. Peluang pasar baterai industri untuk menara base transceiver station (BTS) yang besar di Indonesia mendorong salah satu produsen baterai, PT Nipress Tbk (NIPS) memperbesar penetrasi pasar baterai industri di pasar domestik.

Menurut Richard Taniono, Direktur Operasional PT Nipress Tbk, sejauh ini, sebagian besar baterai industri masih dikuasai produk impor. "Selama ini, belum banyak operator yang tahu ada produsen baterai lokal," katanya kepada KONTAN, Selasa (9/4).

Asal tahu saja, baterai industri umumnya dipakai industri telekomunikasi, seperti baterai cadangan di menara BTS. Nipress mulai menjajaki baterai industri sejak 2011. Di 2012, Nipress mulai memaksimalkan kapasitas produksi untuk baterai industri hingga 150.000 unit per tahun.


Langkah ini berimbas positif ke kinerja Nipress. Bila tahun 2011 kontribusi pasar ekspor masih menyumbang 65% dari total pendapatan Nipress dan sekitar 35% dari pasar lokal, di tahun 2012, komposisi sudah berubah. Kontribusi pasar lokal sudah memberi porsi hingga 60%. Sisanya baru disumbang pasar ekspor.

Richard mengklaim, Nipress sudah menguasai sekitar 30% pasar baterai industri di Indonesia saat ini dan menjadi pemasok baterai ke menara BTS milik PT Telkomsel. "Kami sudah memasok hampir 50% baterai untuk menara BTS Telkomsel," ucapnya.

Tahun ini, Nipress berencana memperbesar kapasitas produksi baterai industri menjadi 250.000 unit per tahun. Mereka akan menambah beberapa mesin produksi. Untuk merealisasikan rencana bisnis yang sudah direncanakan sejak akhir tahun lalu, Nipress sudah menganggarkan dana dari belanja modal tahun lalu sebesar US$ 2 juta - US$ 3 juta.

Lewat aksi ini, Richard yakin, Nipress bisa menguasai 50% - 60% pangsa pasar baterai industri di Indonesia tahun ini. "Terlebih, pemerintah gencar mencanangkan penggunaan produk lokal," tambahnya.

Selain baterai industri, Nipress juga segera meluncurkan produk baterai terbarunya, yakni baterai lithium pada Mei 2013. "Baterai ini diproduksi untuk kebutuhan mobil listrik nasional," paparnya. Kapasitas produksi baterai ini diperkirakan sekitar 600 unit per bulan.

Selain untuk mobil listrik, baterai ini juga akan dipasarkan ke operator telekomunikasi sebagai baterai industri.

Meski harga baterai lithium tergolong mahal, yakni mencapai ratusan juta rupiah per unit, namun produk ini memiliki kapasitas dan daya tahan yang lebih lama, sekitar dua sampai tiga tahun ketimbang baterai non lithium.

Menurut Richard, baterai tipe lithium ini cocok dipakai untuk menara BTS telekomunikasi yang terletak di daerah terpencil, seperti di Kalimantan atau Sulawesi.

Dengan rencana bisnis ini, Nipress menargetkan pertumbuhan penjualan di sepanjang tahun ini bisa di atas 20%.    n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: