Tak mudah bagi Nochi Dankner membesarkan IDB Group hingga jadi raksasa seperti sekarang. Lewat perusahaannya, Ganden, Dankner membeli IDB Investment dan Discount Bank tahun 2002 dengan dana pinjaman bank. Kondisi internal IDB yang buruk menyulitkan Dankner memperbaiki perusahaan ini. Belum lagi, aturan bank sentral Israel yang ketat. Tapi dia pantang menyerah. Di tangannya, IDB Grup jadi kelompok bisnis terbesar dan terkemuka di Israel. Proses jatuhnya saham IDB Investment dan Discount Bank ke tangan Nochi Dankner dimulai sejak Mei 2002. Pemilik sebelumnya, keluarga Recanati dan Carasso sepakat menandatangani pengalihan saham mayoritas ke sekelompok investor. Kelompok investor itu terdiri dari Yitzhak, Manor, Abraham Livnat serta Dankner sebagai pemimpinnya. Penandatanganan perjanjian sejatinya baru satu tahap bergantinya kepemilikan IDB dan Discount Bank. Dankner cs juga harus mendapatkan persetujuan dari pengawas bank, Yitzhak Tal dan Antitrust Commisioner Dror Strum.
Persetujuan ini wajib karena Dankner adalah anggota komisaris sekaligus pemilik Bank Hapoalim. Tercatat, IDB Investment adalah debitur terbesar pada Bank Hapoalim. Bila pengalihan saham ini terlaksana, utang IDB akan menjadi tanggungan Bank Hapoalim. IDB otomatis juga akan menjadi perusahaan terafiliasi dengan bank milik Dankner. Sesuai aturan Bank of Israel, kredit kepada pihak pengendali atau terafilitasi tidak boleh lebih dari 10% dari ekuitas bank. Jika Arison-Dankner tetap ngotot menguasai IDB, maka batas maksimum pemberian kredit kepada pihak terafiliasi terlampaui. Dan, pengawas bank tidak akan membiarkan penyimpangan ini terjadi. Lantaran itu pula, Dankner menjual kepemilikan sahamnya di Hapoalim. Namun, itu pun tak menyelesaikan masalah lantaran IDB Investment tercatat punya banyak utang, selain di Bank Hapoalim. Jumlah utangnya miliaran shekels ke bank-bank lokal di Israel. Masalah lain, Tal juga berencana menyelidiki salah satu unit usaha IDB yang dinilai kurang baik. Unit usaha yang dimiliki IDB ternyata memiliki 13,2 % saham di Discount Bank. Discount Bank adalah milik keluarga Recanati yang merupakan pendiri dan pengontrol Discount Bank selama beberapa tahun. Makanya, proses akuisisi Dankner menjadi sorotan bank sentral. Berbagai proses uji kelayakan atau
fit and proper test harus dijalani Dankner dan rekan-rekannya. Dankner dan Manor, salah satu pemegang yang juga menjadi saham pengendali Bank Igud, lulus dari uji kelayakan oleh bank sentral. Namun beberapa anggota kelompok investor, yakni Ganden dan Livnat tidak lulus. Ganden dinilai punya catatan buruk karena memiliki transfer cek yang tak jelas asalnya. Begitu juga Livnet. Masalah lain terbuka pada 26 Mei 2002. Bank sentral mengetahui bahwa Dankner menggunakan dana pinjaman sebesar US$ 530 juta untuk pembelian IDB Investement yang nilainya mencapai US$ 540 juta. Pertanyaannya, bagaimana Dankner membayar kembali utang besar itu dalam waktu tepat? Dankner pun ditantang untuk mengungkapkan strateginya. Ia pun mengatakan akan meningkatkan kinerja IDB Investment dan Discount Bank dengan memperbesar nilai asetnya. Ada dua perusahaan di bawah IDB yang memiliki potensi besar untuk menghasilkan pendapatan. Kedua perusahaan itu adalah perusahaan kabel televisi Tevel dan Discount Bank. Namun, sebenarnya kedua perusahaan itu juga bermasalah. Tevel, saat itu sedang dijalankan oleh seorang manajer yang ditunjuk pengadilan khusus karena perusahaan itu kesulitan membayar utangnya.
Adapun Discount Bank masih merugi karena ada kredit macet besar dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, dari semua bank Israel, Discount punya nilai ekuitas terendah, yakni hanya 40%. Nilai pasar bank, sesuai harga saham adalah US$ 509 juta. Sedangkan ekuitasnya US$ 1,2 miliar. Tapi semua fakta itu tak membuat kondisi Discount Bank memburuk lantaran kepemilikannya di Discount New York, Discount Mortgage Bank, dan Israel Credit Cards (Visa CAL). Dari tiga perusahaan itu, Discount masih memperoleh keuntungan selama beberapa tahun. (Bersambung)
Editor: Catur Ari