Nojorono berharap bisa menjual 10 miliar batang rokok pada tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nojorono Tobacco International masih menghadapi sejumlah tantangan bisnis pada tahun ini. Selain kenaikan tarif cukai hasil tembakau, produsen rokok yang berbasis di Kudus Jawa Tengah itu berjuang mengatasi dampak pandemi corona (Covid-19).

Managing Director PT Nojorono Tobacco International, Arief Goenadibrata mengemukakan, industri rokok nasional menyadari tantangan bisnis semakin berat dari tahun ke tahun.

"Secara industri, volume penjualan rokok kemungkinan besar turun 28% pada tahun ini," ungkap dia kepada kontan.co.id, Kamis (2/7).


Baca Juga: Anak milenial generasi keempat Nojorono di balik racikan Minak Djinggo Rempah

Didukung 12.000 karyawan, Nojorono Tobacco membidik volume penjualan tahun ini berkisar 9 miliar-10 miliar batang rokok. Adapun nilai penjualannya ditaksir mencapai Rp 10 triliun. "Bisnis rokok tidak tumbuh," kata Arief, tanpa menyebut detail realisasi penjualan tahun lalu.

Di awal tahun ini, tarif cukai rokok naik hingga 23%. Kemudian di akhir kuartal pertama hingga kuartal kedua, datang wabah korona sehingga mengempaskan daya beli masyarakat. Alhasil, sektor yang terimbas adalah rokok.

Konsumen tentu memprioritaskan kebutuhan primer terlebih dahulu dan otomatis mengurangi konsumsi rokok. Meski demikian, produsen rokok yang mengusung brand Minak Djinggo dan Clas Mild ini tak patah semangat.

Baca Juga: Menyasar milenial, produk baru Minak Djinggo Rempah, harganya Rp 10.000 per bungkus

Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1932 itu terus mengembangkan riset dan memperkuat produk. Dalam waktu dekat, Nojorono Tabacco siap merilis produk baru, dengan mengusung nama Minak Djinggo Rempah.

Nojorono mengklaim Minak Djinggo Rempah merupakan produk pertama di Indonesia yang mengusung cita rasa rempah Nusantara.

Cerita di balik kelahiran Minak Djinggo Rempah ini cukup menarik. Salah satu pemilik yang juga Presiden Direktur Nojorono Tobacco International, Stefanus JJ Batihalim, menantang timnya untuk menciptakan sebuah produk yang bernilai di tengah pandemi.

Baca Juga: Di Tahun Pandemi Corona, Nojorono Membidik Omzet Rp 10 Triliun

Daniel S Halim, Project Manager Minak Jinggo Rempah menerima tantangan itu. "Kami membuat produk ini cukup singkat, yakni dalam waktu 2,5 bulan," ungkap dia, yang merupakan generasi keempat dari keluarga pendiri.

Menyasar kaum milenial, harga Minak Djinggo Rempah cukup miring, yakni Rp 10.000 per bungkus isi 10 batang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro