JAKARTA. Hingga kini, belum ada kejelasan mengenai komposisi pemegang saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pasca restrukturisasi utang induk usahanya, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR). Sedangkan peluang Northstar Pacific Partners, yang semula jadi kandidat kuat juragan baru produsen batubara tersebut, kini mulai tipis.

Seorang sumber yang mengetahui transaksi tersebut bilang, Texas Pacific Group (TPG) membatalkan keterlibatannya dalam kesepakatan antara Northstar dengan BNBR. "Pembatalan ini karena adanya ketidakpastian transaksi itu," katanya, seperti dikutip Financial Times, Senin lalu (1/12).

Padahal, TPG adalah perusahaan investasi asal Amerika serikat yang menjadi penyokong utama Northstar selama ini, termasuk saat proses negosiasi pembelian saham BUMI. Namun, kesepakatan pembelian 35% saham BUMI berubah menjadi kerjasama strategis Northstar-BNBR dalam mengelola perusahaan itu. "TPG tidak mengerti beberapa klausul perjanjian itu," kata sumber itu.

Miliki Keamanan Informasi Standar Internasional, Tugu Insurance Raih ISO 27001-2022

Sekadar menyegarkan ingatan, pada 31 Oktober 2008 Northstar dan BNBR menekan kesepakatan pembelian 35% saham BUMI senilai US$ 1,3 miliar. Kesepakatan ini diharapkan rampung dalam waktu sebulan. Namun, akhir pekan lalu, BNBR mengumumkan Northstar tidak jadi membeli saham BUMI. Sebagai gantinya, Northstar mengambil alih tagihan piutang BNBR US$ 575 juta kepada Odickson Finance. Selanjutnya, mereka membentuk perusahaan patungan yang mengelola jaminan utang itu berupa saham BUMI.    

Meski ditinggal TPG, Northstar tetap berencana memiliki saham BUMI. "Kami sedang mengevaluasi posisi, tapi tetap mau membeli sebanyak-banyaknya saham BUMI," kata Patrick Walujo, pemilik Northstar, kepada Financial Times. Tahap pertama, dia akan membeli 10% saham BUMI senilai US$ 150 juta.

Sayang, hingga berita ini ditulis, KONTAN belum berhasil meminta konfirmasi dari Patrick. Sedangkan Direktur BNBR Dileep Srivastava berharap proses penjualan saham BUMI bisa rampung bulan ini. Kemarin, harga saham BNBR menyentuh Rp 50 per saham setelah selama 11 hari pasca pencabutan suspend selalu turun 10%.Abdul Wahid Fauzie

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News