Notulen FOMC meredupkan kilau emas



JAKARTA. Pasca pengumuman notulensi pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Kamis (9/4), harga emas terkikis. Fokus pasar terhadap rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) menyebabkan pergerakan emas tertahan.

Mengutip Bloomberg, Kamis (9/4) pukul 14.50 WIB harga emas kontrak pengiriman Juni 2015 di bursa Commodity Exchange merosot 0,74% menjadi US$ 1.194 per ons troi dibanding hari sebelumnya.

Hasil pertemuan FOMC menyatakan, kenaikan suku bunga The Fed masih mungkin terjadi pada pertengahan tahun atau Juni ini. Meskipun beberapa pejabat The Fed menduga, kenaikan bunga baru terjadi September 2015 atau bahkan awal 2016.


Menurut Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, meski beberapa pejabat The Fed beda pendapat, kekhawatiran pasar kembali timbul. "Intinya, peluang kenaikan suku bunga masih ada, kapan pun waktunya tetap saja naik," terang Putu.

Hal ini menyebabkan indeks dollar AS merangkak naik. Kamis (9/4) pukul 14.30 WIB, indeks USD naik 0,4% ke level 98,30 dibandingkan penutupan sebelumnya. Ini membuat harga emas koreksi. Koreksi emas bisa terhenti pada Jumat (10/4) jika data jobless claim AS kembali negatif.

Klaim pengangguran diperkirakan kembali naik dari 268.000 menjadi 283.000. "Tapi kalau tidak menyentuh 300.000, kemungkinan emas sideways atau rebound sangat tipis," duga Putu.

Krisis Yunani

Selain berharap pada data AS, analis SoeGee Futures Alwy Assegaf bilang, emas juga bisa bergantung kondisi Yunani. Kemarin merupakan tenggat waktu pelunasan utang Yunani ke Dana Moneter Internasional (IMF).

Jika kembali gagal bayar, kekhawatiran keluarnya Yunani dari Zona Euro kembali bersemi. "Memang ini perkara lama, tapi bisa mendongkrak harga emas," papar Alwy. Gagal bayar Yunani bisa dijadikan momentum rebound emas di akhir pekan.

Saat itu, pelaku pasar akan berbondong-bondong mencari emas untuk berlindung. Kendati demikian, tren harga emas masih bearish. Harga minyak yang melorot ikut berkontribusi bagi pelemahan harga emas. "Minyak kan indikator inflasi, kalau turun inflasi berarti rendah dan daya beli lesu," papar Alwy.

Secara teknikal, harga bergerak di bawah moving average (MA) 10 dan 55 yang menunjukkan downtrend. Stochastic membentuk pola dead cross di area overbought pada level 70 hingga 77. RSI di area netral 50 namun sudah mengarah turun.

Candlestick membentuk pola three black crows yang artinya bearish akan berlanjut. "Harga Jumat (10/4) bisa bergulir di US$ 1.178-US$ 1.203 per ons troi," prediksi Alwy. Sepekan mendatang, ia menduga harga di US$ 1.154–US$ 1.224 per ons troi. Sedangkan Putu menebak, harga emas sepekan US$ 1.158- US$ 1.220 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa