KONTAN.CO.ID - LONDON. Perusahaan farmasi asal Swiss, Novartis berkomitmen untuk terus memproduksi obat-obatan malaria dan kusta, meskipun menghadapi ketidakpastian pesanan akibat krisis pendanaan global untuk sektor kesehatan. Novartis setiap tahunnya memproduksi sekitar 28 juta dosis pengobatan malaria yang sebagian besar dijual dengan harga tanpa laba (not-for-profit) kepada negara-negara dan organisasi internasional seperti President's Malaria Initiative (PMI), program bantuan kesehatan pemerintah Amerika Serikat. Namun, masa depan program ini tak jelas karena pemangkasan besar-besaran anggaran bantuan internasional oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Meskipun demikian, PMI sempat mendapatkan pengecualian untuk beberapa kegiatan awal tahun ini karena manfaatnya yang menyelamatkan nyawa. "Kami tidak akan hanya memproduksi berdasarkan permintaan, karena kami tahu obat-obatan ini sangat dibutuhkan, dan kami harus kreatif mencari cara menyalurkannya dari pabrik ke pasien," ujar Presiden Global Health Novartis, Dr. Lutz Hegemann, dalam wawancara dengan Reuters di London.
Novartis Berjanji Tetap Produksi Obat Malaria dan Kusta Meski Krisis Pendanaan
KONTAN.CO.ID - LONDON. Perusahaan farmasi asal Swiss, Novartis berkomitmen untuk terus memproduksi obat-obatan malaria dan kusta, meskipun menghadapi ketidakpastian pesanan akibat krisis pendanaan global untuk sektor kesehatan. Novartis setiap tahunnya memproduksi sekitar 28 juta dosis pengobatan malaria yang sebagian besar dijual dengan harga tanpa laba (not-for-profit) kepada negara-negara dan organisasi internasional seperti President's Malaria Initiative (PMI), program bantuan kesehatan pemerintah Amerika Serikat. Namun, masa depan program ini tak jelas karena pemangkasan besar-besaran anggaran bantuan internasional oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Meskipun demikian, PMI sempat mendapatkan pengecualian untuk beberapa kegiatan awal tahun ini karena manfaatnya yang menyelamatkan nyawa. "Kami tidak akan hanya memproduksi berdasarkan permintaan, karena kami tahu obat-obatan ini sangat dibutuhkan, dan kami harus kreatif mencari cara menyalurkannya dari pabrik ke pasien," ujar Presiden Global Health Novartis, Dr. Lutz Hegemann, dalam wawancara dengan Reuters di London.