JAKARTA. Kementerian Perencanaan Pembangunan (PPN)/Bappenas memprediksi, inflasi di bulan November akan berada di kisaran minus 0,1%, atau terjadi deflasi seperti pada Oktober sebesar -0,12%.Sidqi L.P Suyitno, Direktur Jasa Keuangan dan Analisis Moneter Kementerian PPN, mengatakan, deflasi dapat terjadi karena penurunan harga sejumlah komoditi pangan. Mengutip data Kementerian Perdagangan, terjadi penurunan harga beras (week to week) sebesar 0,16%, gula sebesar 0,16%, minyak goreng sebesar 0,01%, cabe merah keriting 9,9% dan bawang merah 0,67%. Sementara itu, bahan makanan yang naik hanya terigu sebesar 0,41% dan telur ayam ras sebesar 0,2%. "Kalau ini memang terjadi maka kemungkinan bisa terjadi deflasi," ujarnya.Dengan tren seperti ini, inflasi hingga akhir tahun hanya akan mencapai 4%, jauh di bawah asumsi pemerintah sebelumnya yakni 5,3%. Dia bilang, walaupun kemungkinan tahun ini terjadi deflasi hingga empat kali, perekonomian Indonesia masih terbilang baik. "Yang dikhawatirkan apabila terjadi deflasi tiga kali berturut-turut dalam tiga bulan. Namun deflasi yang terjadi di Indonesia tidak berturut-turut," imbuhnya. Jika terus terjadi deflasi, tandanya ekonomi tidak bergerak dan daya beli masyarakat menurun. Catatan saja, dalam rentang waktu 2011, telah terjadi tiga kali deflasi, yakni di bulan Maret (-0,32), April (-0,31) dan Oktober (-0,12).Sementara itu Djamal, Deputi bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), mengatakan, BPS masih menunggu hasil riset dalam minggu terakhir di bulan November ini. Saat ini Djamal pun masih belum bisa memberikan prediksi berapa inflasi di bulan November. "Kami belum bisa bilang apakah terjadi deflasi atau inflasi," katanya. Djamal mengatakan, meskipun untuk harga minggu ke minggu (week to week) terjadi penurunan harga beras, namun masih ada 1% kenaikan harga beras di November jika dibandingkan Oktober (month to month).Sementara itu ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti, mengatakan, proyeksi inflasi pada November ini diperkirakan akan mencapai 0,2% hingga 0,3%. "Harga pangan masih stabil. Dan di akhir tahun inflasi hanya 4,5% - 5 %," katanya. Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan, inflasi bulan November akan berada di kisaran 0,19%. Inflasi year on year sebesar 3,99%. Sementara itu inflasi year to date 3,02%. "Kalau inflasi hingga akhir tahun bisa di bawah 4%," ujarnya. Hal ini karena pemerintah berhasil menjaga stabilitas harga pangan. Dia menjelaskan, dengan tren inflasi seperti ini, dapat dikatakan pasar bereaksi positif dan daya beli masyarakat tidak tergerus.
November diprediksi kembali deflasi di kisaran 0,1%
JAKARTA. Kementerian Perencanaan Pembangunan (PPN)/Bappenas memprediksi, inflasi di bulan November akan berada di kisaran minus 0,1%, atau terjadi deflasi seperti pada Oktober sebesar -0,12%.Sidqi L.P Suyitno, Direktur Jasa Keuangan dan Analisis Moneter Kementerian PPN, mengatakan, deflasi dapat terjadi karena penurunan harga sejumlah komoditi pangan. Mengutip data Kementerian Perdagangan, terjadi penurunan harga beras (week to week) sebesar 0,16%, gula sebesar 0,16%, minyak goreng sebesar 0,01%, cabe merah keriting 9,9% dan bawang merah 0,67%. Sementara itu, bahan makanan yang naik hanya terigu sebesar 0,41% dan telur ayam ras sebesar 0,2%. "Kalau ini memang terjadi maka kemungkinan bisa terjadi deflasi," ujarnya.Dengan tren seperti ini, inflasi hingga akhir tahun hanya akan mencapai 4%, jauh di bawah asumsi pemerintah sebelumnya yakni 5,3%. Dia bilang, walaupun kemungkinan tahun ini terjadi deflasi hingga empat kali, perekonomian Indonesia masih terbilang baik. "Yang dikhawatirkan apabila terjadi deflasi tiga kali berturut-turut dalam tiga bulan. Namun deflasi yang terjadi di Indonesia tidak berturut-turut," imbuhnya. Jika terus terjadi deflasi, tandanya ekonomi tidak bergerak dan daya beli masyarakat menurun. Catatan saja, dalam rentang waktu 2011, telah terjadi tiga kali deflasi, yakni di bulan Maret (-0,32), April (-0,31) dan Oktober (-0,12).Sementara itu Djamal, Deputi bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), mengatakan, BPS masih menunggu hasil riset dalam minggu terakhir di bulan November ini. Saat ini Djamal pun masih belum bisa memberikan prediksi berapa inflasi di bulan November. "Kami belum bisa bilang apakah terjadi deflasi atau inflasi," katanya. Djamal mengatakan, meskipun untuk harga minggu ke minggu (week to week) terjadi penurunan harga beras, namun masih ada 1% kenaikan harga beras di November jika dibandingkan Oktober (month to month).Sementara itu ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti, mengatakan, proyeksi inflasi pada November ini diperkirakan akan mencapai 0,2% hingga 0,3%. "Harga pangan masih stabil. Dan di akhir tahun inflasi hanya 4,5% - 5 %," katanya. Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan, inflasi bulan November akan berada di kisaran 0,19%. Inflasi year on year sebesar 3,99%. Sementara itu inflasi year to date 3,02%. "Kalau inflasi hingga akhir tahun bisa di bawah 4%," ujarnya. Hal ini karena pemerintah berhasil menjaga stabilitas harga pangan. Dia menjelaskan, dengan tren inflasi seperti ini, dapat dikatakan pasar bereaksi positif dan daya beli masyarakat tidak tergerus.