KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah menurunnya kasus pandemi Covid-19, aktivitas ekonomi masyarakat pun mulai membaik. Hal tersebut berdampak pula pada penurunan risiko kredit macet atau NPF industri
multifinance yang hingga Oktober lalu berada di level 3,89%. Jika melihat data OJK, titik tertinggi NPF ada di bulan Mei 2021 yang berada di level 4,05%. Capaian tersebut dikarenakan perusahaan pembiayaan sudah melakukan langkah-langkah mitigasi risiko kredit di masa pandemi. OJK menyebut, salah satu upaya yang selama ini telah dilakukan ialah dengan melakukan restrukturisasi dari piutang pembiayaan debitur yang terdampak pandemi. Per 20 September lalu, Riswinandi menyebutkan bahwa sudah ada 5,2 juta kontrak yang direstrukturisasi dengan nilai mencapai Rp 214,72 triliun.
Penurunan NPF pun dirasakan oleh beberapa perusahaan
multifinance seperti CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) yang per bulan November 2021 menyatakan ada penurunan sebesar 19 Bps menjadi 1,2% bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2020 sebesar 1,39%.
Baca Juga: Meski gencar digitalisasi, perusahaan multifinance tetap pertahankan kantor cabang Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman bilang, pemilihan segmen nasabah di proses akuisisi
sales dan peningkatan prinsip kehati-hatian dalam proses pemutusan kredit berbasis skoring menghasilkan portofolio yang baik yang dirasakan CNAF meskipun dalam kondisi Pandemi seperti sekarang ini. "Setelah melalui masa pandemi di gelombang pertama di tahun 2020 dan gelombang ke 2 di tahun 2021, kekhawatiran mulai bisa CNAF kendalikan walaupun kita tetap waspada," kata Ristiawan kepada kontan.co.id, Senin (6/12). Ristiawan menjelaskan bahwa, penanganan Pandemi Covid-19 yang sangat baik dilakukan oleh pemerintah dibarengi oleh akselerasi pemberian vaksinasi yang baik sangat membuat kepercayaan CNAF semakin tinggi. Menurutnya, NPF akan tetap bertahan di level sekarang ini bahkan lebih kecil di akhir tahun 2021 ini, minimal di pertahankan di angka bulan November, bahkan sedang terus mencoba untuk lebih baik dari angka bulan November. "Tahun depan kita optimis angka NPF akan bisa kita tekan ke angka di bawah 1%," ujar Ristiawan. Sementara itu Ristiawan menyebut, realisasi kredit hingga bulan November 2021 meningkat 42,7% menjadi Rp 4,84 triliun (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 yang sebesar Rp 3,39 triliun. Dalam menjaga NPF, perusahaan menerapkan strategi dengan memperkuat mesin skoring sebagai basis dalam mengambil keputusan kredit dan terus mensosialisasikan bagaimana mencari segmen nasabah yang baik dengan proses KYC yang baik juga terhadap team
frontline/sales saat proses akuisisi nasabah di depan.
Baca Juga: Simak proyeksi industri pembiayaan alat berat di tahun 2022 Sementara itu, salah satu perusahaan pembiayaan Clipan Finance mengaku, untuk NPF hingga November 2021 masih terjaga di level 1%. "Kami menerapkan pemberian restrukturisasi khusus, meningkatkan rasio bayar
customer dengan sentralisasi DeskColl, pengembangan organisasi ke wilayahan agar fokus penanganan AR, dan Monitor ketat NPF secara mingguan untuk menjaga NPF agar tetap terjaga," ungkap Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo. Harjanto menjelaskan, di bulan November 2021, pembiayaan baru Clipan mencapai Rp 447 miliar. Sehingga secara yoy pembiayaan baru Clipan hingga November 2021 mencapai Rp 3,15 triliun di bandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 2,29 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi