NPL akomodasi tinggi, OJK: Bisnis hotel melemah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan ada beberapa faktor penyebab rasio kredit bermasalah sektor akomodasi dan makan minum tinggi. Hal ini karena imbas daya beli masyarakat awal tahun masih belum terlalu kencang.

Boedi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK bilang pada waktu Gunung Agung meletus, dampaknya besar terutama ke sektor perhotelan dan turunannya. "Termasuk industri makan dan minum," kata Boedi kepada kontan.co.id, Kamis (29/3).

Asosiasi perhotelan juga menginformasikan bahwa memang bisnis hotel di awal tahun kurang begitu kencang. Hal ini bisa dikaitkan dengan daya beli yang masih belum terlalu tinggi di awal tahun.


Namun OJK mencatat, potensi bisnis ini masih cukup besar. Karena tren jalan jalan dan kuliner generasi muda yang meningkat tajam akhir-akhir ini. Proyeksi ke depan bisnis akomodasi makan minum ini masih menjanjikan

Pada tahun ini juga beberapa agenda besar pertemuan konferensi dan pertunjukan diadakan di Bali. Hal ini diharapkan bisa mendongkrak bisnis ini.

Sebelumnya Bank Indonesia (BI) mencatat rasio kredit macet (NPL) di sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum mencatat rekor di awal 2018 ini.

Pada Januari 2018, NPL sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum tercatat 5,58%. Ini merupakan NPL tertinggi dibandingkan 10 sektor lapangan usaha utama lain.

NPL sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum pada periode sama Januari 2017, sebesar 4,33% dan pada periode sama Januari 2016 NPL sektor ini 2,33%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto