NPL kredit komersial kian mencemaskan



JAKARTA. Kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) masih menghantui kinerja perbankan. Kredit seret ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat bagi bankir. Kredit komersial adalah salah satu segmen yang perlu memperoleh perhatian.

Berdasarkan catatan KONTAN dari sejumlah bank yang telah mempublikasikan data NPL komersial, hingga kuartal III 2016, setidaknya ada tiga bank yang memiliki NPL kredit komersial melewati batas aman 5%.

Ketiga bank tersebut yakni Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara (BTN), CIMB Niaga, serta Bank Rakyat Indonesia (BRI). Hingga September 2016, BTN mencatatkan NPL kredit komersial hingga 13,16%. Meski tinggi, angka tersebut turun tipis dari setahun lalu di level 13,24%.


Lain halnya dengan Bank Mandiri yang membukukan lonjakan NPL kredit komersial dari 2,54% di akhir September 2015 menjadi 6,34% di akhir bulan September 2016. Manajemen BTN mengungkapkan, tingginya NPL kredit komersial bersumber dari kredit konstruksi, baik perumahan dan non perumahan.

“Jumlah debitur yang menunggak banyak,” ujar Oni Febriarto Rahardjo, Direktur Kredit Komersial BTN kepada KONTAN, Minggu (6/11).

Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI beberapa waktu lalu menyatakan, kredit macet BRI di sektor komersial bersumber dari debitur sektor perdagangan dan manufaktur. “Kredit bermasalah debitur sektor menengah ini lebih disebabkan karena efek pelemahan kondisi ekonomi,” terang Haru.

Tercatat hingga September 2016, rasio NPL kredit komersial BRI berada di kisaran 6,52%, turun dari setahun lalu di posisi 7,26%. Meski masih di bawah batas aman, atau tepatnya di posisi 3,30%, Putrama Wahju Setiawan, Direktur BNI Bank Negara Indonesia (BNI) tetap mencermati sumber NPL kredit komersial yang berasal dari manufaktur dan industri yang terkait komoditas dan tambang.

“Manufaktur itu seperti industri pengolahan plastik,” kata Putrama. Anita Siswadi, Direktur Korporasi Bank Permata menambahkan, NPL kredit komersial juga berasal dari industri baja yang terkena dampak impor murah bijih besi China.

"Untuk sawit (komoditas), mayoritas NPL ada di bagian hulu yang terdampak efek buruk badai La Nina,” kata Anita.

Di masa mendatang, Bank Permata memperkirakan, seiring membaiknya harga batubara dan sawit, kemampuan debitur membayar utang akan membaik. Nah, untuk menekan NPL yang cukup tinggi, Hari Siaga Sekretaris Perusahaan BRI menyatakan, saat ini, BRI kian selektif memilih nasabah.

Selain itu, “Apabila kondisi bermasalah akan segera direstrukturisasi,” ujar Hari.

Adapun Oni mengatakan, untuk menekan NPL kredit komersial, BTN selektif memilih proyek yang memiliki prospek baik dan pengembang yang berpengalaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie