JAKARTA. Lonjakan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada kredit menengah dan komersial membuat PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memperlambat laju penyaluran kredit ke segmen ini. Djarot Kusumajakti, Direktur UMKM BRI, mengatakan, pihaknya akan fokus untuk memperbaiki kredit macet melalui perubahan pola pembiayaan. BRI menargetkan, rasio NPL untuk kredit menengah menjadi 3% pada tahun ini, dari posisi 5,91% pada Desember 2014. Serta rasio NPL untuk kredit komersial menjadi 2,5% pada tahun ini, dari posisi 3,21% per Desember 2014. “Kami masih memperbaiki kredit macet di kredit menengah makanya kredit ini tidak tumbuh,” kata Djarot, kemarin. Djarot bilang, pembengkakan kredit macet pada kredit menengah karena pemberian kredit yang luas pada semua sektor pada ada beberapa sektor yang berisiko tinggi. Penyebab lainnya adalah debitur individual yang kurang paham dan kurang mampu memanajemen usahanya, padahal produk tersebut potensial. Sunarso, Wakil Direktur Utama BRI, menambahkan, pihaknya tengah menyiapkan strategi untuk memperbaiki kredit macet tersebut melalui konsep linkage dan cluster. Misalnya, pemberian kredit kepada debitur melalui skema kelompok atau komunitas. Kemudian, sektor usaha tersebut bergerak dari hulu ke hilir. Lanjutnya, fokus pada satu sektor seperti sektor pangan untuk meminimalisir risiko. Karena, BRI mempunyai keunggulan pada jaringan dan memiliki anak usaha yang bergerak pada agro bisnis yakni BRI Agro. “Misalnya, membentuk cluster pada usaha perkebunan atau pengrajin rumahan pada satu daerah,” ucap Sunarso. Djarot berharap, cara itu akan dapat mengatasi kenaikan kredit macet pada segmen menengah dan komersial. Pasalnya, jika kedua segmen itu masih mencatat kenaikan kredit macet, maka perusahaan tidak akan menyalurkan kredit pada segmen tersebut. “Misalnya, kami tidak mendorong kredit menengah untuk tumbuh,” tambah Djarot. Berdasarkan data laporan keuangan BRI, kredit menengah tercatat turun 0,49% menjadi Rp 20,2 triliun per Desember 2014, dari posisi Rp 20,3 triliun per Desember 2013. Kemudian, kredit komersial masih tercatat naik dengan pertumbuhan 11% menjadi Rp 105,1 triliun per Desember 2014, dibandingkan posisi Rp 94 triliun per Desember 2013. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
NPL kredit menengah dan komersial BRI makin gendut
JAKARTA. Lonjakan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada kredit menengah dan komersial membuat PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memperlambat laju penyaluran kredit ke segmen ini. Djarot Kusumajakti, Direktur UMKM BRI, mengatakan, pihaknya akan fokus untuk memperbaiki kredit macet melalui perubahan pola pembiayaan. BRI menargetkan, rasio NPL untuk kredit menengah menjadi 3% pada tahun ini, dari posisi 5,91% pada Desember 2014. Serta rasio NPL untuk kredit komersial menjadi 2,5% pada tahun ini, dari posisi 3,21% per Desember 2014. “Kami masih memperbaiki kredit macet di kredit menengah makanya kredit ini tidak tumbuh,” kata Djarot, kemarin. Djarot bilang, pembengkakan kredit macet pada kredit menengah karena pemberian kredit yang luas pada semua sektor pada ada beberapa sektor yang berisiko tinggi. Penyebab lainnya adalah debitur individual yang kurang paham dan kurang mampu memanajemen usahanya, padahal produk tersebut potensial. Sunarso, Wakil Direktur Utama BRI, menambahkan, pihaknya tengah menyiapkan strategi untuk memperbaiki kredit macet tersebut melalui konsep linkage dan cluster. Misalnya, pemberian kredit kepada debitur melalui skema kelompok atau komunitas. Kemudian, sektor usaha tersebut bergerak dari hulu ke hilir. Lanjutnya, fokus pada satu sektor seperti sektor pangan untuk meminimalisir risiko. Karena, BRI mempunyai keunggulan pada jaringan dan memiliki anak usaha yang bergerak pada agro bisnis yakni BRI Agro. “Misalnya, membentuk cluster pada usaha perkebunan atau pengrajin rumahan pada satu daerah,” ucap Sunarso. Djarot berharap, cara itu akan dapat mengatasi kenaikan kredit macet pada segmen menengah dan komersial. Pasalnya, jika kedua segmen itu masih mencatat kenaikan kredit macet, maka perusahaan tidak akan menyalurkan kredit pada segmen tersebut. “Misalnya, kami tidak mendorong kredit menengah untuk tumbuh,” tambah Djarot. Berdasarkan data laporan keuangan BRI, kredit menengah tercatat turun 0,49% menjadi Rp 20,2 triliun per Desember 2014, dari posisi Rp 20,3 triliun per Desember 2013. Kemudian, kredit komersial masih tercatat naik dengan pertumbuhan 11% menjadi Rp 105,1 triliun per Desember 2014, dibandingkan posisi Rp 94 triliun per Desember 2013. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News