JAKARTA. Industri Pembiayaan (multifinance) membukukan kinerja yang cemerlang pada tahun 2010. Berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), hingga kuartal ketiga 2010 ini, Non Performing Loan (NPL) multifinance atawa rasio kredit bermasalah masih berada di level 1,63% atau turun dari posisi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,91%. NPL ini masih jauh dari nilai NPL perbankan yang maksimal 5%.Lini bisnis pembiayaan yang berhasil menekan NPLnya adalah pembiayaan leasing (sewa guna usaha) dari 1,5% menjadi 1,33%, pembiayaan konsumen dari 2,1% menjadi 1,7%, dan anjak piutang dari 5,93% menjadi 3,43%. Adapun NPL kartu kredit malah meningkat dari 3,93% menjadi 4,57%.Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Wiwie Kurnia mengatakan rendahnya NPL industri multifinance disebabkan karena multifinance benar-benar menggarap sektor ritel. "Dengan menggarap sektor ritel maka resikonya dapat disebar," ujarnya, (16/11).Hingga September 2010, total konsumen yang menggunakan jasa multifinance sudah mencapai 14,3 juta nasabah atau naik 15% ketimbang akhir Desember tahun lalu sebesar 12,5 juta nasabah. Adapun total kantor sudah mencapai 2.177 kantor atau tumbuh 18% ketimbang periode Desember 2010 lalu sebanyak 1.884 kantor.Selain itu, lanjut Wiwie, rendahnya NPL multifinance dikarenakan multifinance memiliki cara spesifik dalam menangani pembiayaan. Karena multifinance hanya fokus dalam menggarap satu lini bisnis saja. "Hal ini berbeda dengan bank yang ada di Indonesia yang berusaha menggarap semua lini. Pada multifinance walaupun ada penunggakan pembayaran tidak akan mempengaruhi NPL multifinance tersebut," tambahnya.Direktur Utama SMS Finance Rudyanto Somawihardja menambahkan, rendahnya NPL perusahaan pembiayaan juga karena multifinance menerapkan sistem kendali terhadap unit collection agar tetap terkontrol dengan baik."Multifinance menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan ke nasabah," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
NPL multifinance turun di level 1,63%
JAKARTA. Industri Pembiayaan (multifinance) membukukan kinerja yang cemerlang pada tahun 2010. Berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), hingga kuartal ketiga 2010 ini, Non Performing Loan (NPL) multifinance atawa rasio kredit bermasalah masih berada di level 1,63% atau turun dari posisi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,91%. NPL ini masih jauh dari nilai NPL perbankan yang maksimal 5%.Lini bisnis pembiayaan yang berhasil menekan NPLnya adalah pembiayaan leasing (sewa guna usaha) dari 1,5% menjadi 1,33%, pembiayaan konsumen dari 2,1% menjadi 1,7%, dan anjak piutang dari 5,93% menjadi 3,43%. Adapun NPL kartu kredit malah meningkat dari 3,93% menjadi 4,57%.Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Wiwie Kurnia mengatakan rendahnya NPL industri multifinance disebabkan karena multifinance benar-benar menggarap sektor ritel. "Dengan menggarap sektor ritel maka resikonya dapat disebar," ujarnya, (16/11).Hingga September 2010, total konsumen yang menggunakan jasa multifinance sudah mencapai 14,3 juta nasabah atau naik 15% ketimbang akhir Desember tahun lalu sebesar 12,5 juta nasabah. Adapun total kantor sudah mencapai 2.177 kantor atau tumbuh 18% ketimbang periode Desember 2010 lalu sebanyak 1.884 kantor.Selain itu, lanjut Wiwie, rendahnya NPL multifinance dikarenakan multifinance memiliki cara spesifik dalam menangani pembiayaan. Karena multifinance hanya fokus dalam menggarap satu lini bisnis saja. "Hal ini berbeda dengan bank yang ada di Indonesia yang berusaha menggarap semua lini. Pada multifinance walaupun ada penunggakan pembayaran tidak akan mempengaruhi NPL multifinance tersebut," tambahnya.Direktur Utama SMS Finance Rudyanto Somawihardja menambahkan, rendahnya NPL perusahaan pembiayaan juga karena multifinance menerapkan sistem kendali terhadap unit collection agar tetap terkontrol dengan baik."Multifinance menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan ke nasabah," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News