JAKARTA. Sejumlah wilayah Indonesia mencatat kenaikan kredit bermasalah pada sektor pertambangan dan penggalian. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan, perlambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS), China dan negara-negara Eropa membuat permintaan terhadap komoditas menurun. Alhasil, harga komoditas pun terpangkas. Kondisi itu mengganggu kelancaran dari sektor pertambangan yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). BI mencatat, wilayah Indonesia yang mencatat NPL tinggi pada sektor pertambangan adalah wilayah Sumatera dan Kalimantan, dibandingkan wilayah Jawa yang mencatat NPL masih satu digit. “Memang ada beberapa daerah tertentu yang NPL-nya sudah mencapai 10%,” kata Halim, kemarin. Mengutip Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per Agustus 2014, rasio NPL pertambangan dan penggalian untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan tercatat tumbuh dua digit.
NPL pertambangan di luar Jawa capai dua digit
JAKARTA. Sejumlah wilayah Indonesia mencatat kenaikan kredit bermasalah pada sektor pertambangan dan penggalian. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan, perlambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS), China dan negara-negara Eropa membuat permintaan terhadap komoditas menurun. Alhasil, harga komoditas pun terpangkas. Kondisi itu mengganggu kelancaran dari sektor pertambangan yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). BI mencatat, wilayah Indonesia yang mencatat NPL tinggi pada sektor pertambangan adalah wilayah Sumatera dan Kalimantan, dibandingkan wilayah Jawa yang mencatat NPL masih satu digit. “Memang ada beberapa daerah tertentu yang NPL-nya sudah mencapai 10%,” kata Halim, kemarin. Mengutip Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per Agustus 2014, rasio NPL pertambangan dan penggalian untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan tercatat tumbuh dua digit.