JAKARTA. Bank mulai waspada akan kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dari perlambatan pelemahan pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, perbankan masih mencatat kenaikan kredit macet untuk kuartal I/2015. Jika tidak diantisipasi sejak dini, dikhawatirkan berimbas pada penggerusan pendapatan laba. Eko Budiwiyono, Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah (BPD) DKI Jakarta mengatakan, pihaknya membidik perbankan rasio NPL menjadi 2% pada akhir tahun 2015 ini. Di kuartal I/2015 Bank DKI mencatat kenaikan NPL gross menjadi 4,81%, dari posisi 2,65% per kuartal I/2014. Serta NPL net naik menjadi 3,00% per kuartal I/2015, dari 1,58% per kuartal I/2014. “Kenaikan kredit macet ini berasal dari kredit korporasi dan komersial. Misalnya, sektor komoditas yang sedang menurun,” ungkap Eko, Senin (8/6). Menurutnya, Bank DKI telah menyusun sejumlah rencana untuk memperbaiki kredit bermasalah seperti membentuk tim task force dan menambah pencadangan (provisi). Zulfarshah, Sekretaris Perusahaan Bank DKI Jakarta menyampaikan, manajemen memiliki perhatian khusus dalam melakukan perbaikan kualitas rasio NPL. Seperti dengan menggiatkan upaya penagihan, restrukturisasi kredit bermasalah, intensif monitoring perkembangan penurunan kualitas kredit di unit terkait, klaim atas asuransi kredit dan melakukan pembenahan di bidang perkreditan. Upaya lainnya adanya perbaikan kualitas asset kredit dengan melakukan ekspansi kredit kepada perusahaan-perusahaan bonafid di industri-industri pilihan melalui proses persetujuan yang selektif, transparan dan prudent, serta monitoring pemenuhan covenant-covenant kredit oleh debitur dan perbaikan proses pencairan dan administrasi kredit. Manajemen juga mempercepat penjualan atau lelang jaminan untuk kredit non produktif dan kredit produktif yang tidak dapat di restrukturisasi sehingga dapat mengoptimalkan recovery rate atas kredit tersebut. “Kalau kredit di Bank DKI di cover dengan jaminan fixed asset yang memadai dan memiliki marketibilitas bahkan sebagian di cover oleh penjaminan kredit dari perusahaan asuransi terkemuka,” ujar Zulfarshah. Eko menambahkan, pemburukan kualitas kredit ini memberikan dampak yang besar pada laba namun tidak besar. Oleh karena itu, Bank milik Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta tetap membidik pertumbuhan laba sebesar Rp 1,1 triliun pada akhir tahun 2015. “Kami memproyeksikan laba tumbuh 10% tahun ini,” tuturnya.
NPL tinggi, Bank DKI optimis laba tetap tumbuh 10%
JAKARTA. Bank mulai waspada akan kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dari perlambatan pelemahan pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, perbankan masih mencatat kenaikan kredit macet untuk kuartal I/2015. Jika tidak diantisipasi sejak dini, dikhawatirkan berimbas pada penggerusan pendapatan laba. Eko Budiwiyono, Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah (BPD) DKI Jakarta mengatakan, pihaknya membidik perbankan rasio NPL menjadi 2% pada akhir tahun 2015 ini. Di kuartal I/2015 Bank DKI mencatat kenaikan NPL gross menjadi 4,81%, dari posisi 2,65% per kuartal I/2014. Serta NPL net naik menjadi 3,00% per kuartal I/2015, dari 1,58% per kuartal I/2014. “Kenaikan kredit macet ini berasal dari kredit korporasi dan komersial. Misalnya, sektor komoditas yang sedang menurun,” ungkap Eko, Senin (8/6). Menurutnya, Bank DKI telah menyusun sejumlah rencana untuk memperbaiki kredit bermasalah seperti membentuk tim task force dan menambah pencadangan (provisi). Zulfarshah, Sekretaris Perusahaan Bank DKI Jakarta menyampaikan, manajemen memiliki perhatian khusus dalam melakukan perbaikan kualitas rasio NPL. Seperti dengan menggiatkan upaya penagihan, restrukturisasi kredit bermasalah, intensif monitoring perkembangan penurunan kualitas kredit di unit terkait, klaim atas asuransi kredit dan melakukan pembenahan di bidang perkreditan. Upaya lainnya adanya perbaikan kualitas asset kredit dengan melakukan ekspansi kredit kepada perusahaan-perusahaan bonafid di industri-industri pilihan melalui proses persetujuan yang selektif, transparan dan prudent, serta monitoring pemenuhan covenant-covenant kredit oleh debitur dan perbaikan proses pencairan dan administrasi kredit. Manajemen juga mempercepat penjualan atau lelang jaminan untuk kredit non produktif dan kredit produktif yang tidak dapat di restrukturisasi sehingga dapat mengoptimalkan recovery rate atas kredit tersebut. “Kalau kredit di Bank DKI di cover dengan jaminan fixed asset yang memadai dan memiliki marketibilitas bahkan sebagian di cover oleh penjaminan kredit dari perusahaan asuransi terkemuka,” ujar Zulfarshah. Eko menambahkan, pemburukan kualitas kredit ini memberikan dampak yang besar pada laba namun tidak besar. Oleh karena itu, Bank milik Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta tetap membidik pertumbuhan laba sebesar Rp 1,1 triliun pada akhir tahun 2015. “Kami memproyeksikan laba tumbuh 10% tahun ini,” tuturnya.