JAKARTA. Propinsi Nusa Tengara Timur (NTT) akan menjadi pilot proyek program adaptasi perubahan iklim global (climate change), terutama untuk peningkatan ketahanan pangan. Ada pertimbangan-pertimbangan yang melatarbelakangi pemilihan wilayah NTT ini. Salah satunya, NTT merupakan salah satu daerah yang paling berat menderita akibat perubahan iklim. Jika proyek ini berhasil, maka program serupa akan terus bergulir di propinsi lain.Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurthi mengatakan kasus NTT merupakan bukti dampak pemanasan global. "Kita ingin buat suatu langkah pada level akar rumput, level desa, jadi masyarakat diajak untuk menyesuaikan diri dengan situasi iklim yang baru," katanya di Jakarta, Senin (24/11).Program ini akan menjangkau 6 kabupaten, 150 desa, dengan 6.000 rumah tangga. Enam kabupaten yang dimaksud adalah, kabupaten Belu, Timor Tengah Selatan, Rote Ndao, Sumba Timur dan Lembata. Selain NTT, propinsi lain yang paling rentan terhadap perubahan iklim adalah Nusa Tenggara Barat bagian timur, Sulawesi bagian timur dan sebagian Pulau Kalimantan. Proyek ini akan dibiayai seluruhnya oleh PBB sebagai bagian tindakan konkret dari pertemuan UNFCC di Bali. "Proyek ini masih dibicarakan anggarannya untuk jangka waktu lima tahun mulai 2009. Saat ini estimasinya baru sekitar US$ 1,5 juta dan akan berkembang. Kita ingin hal ini benar-benar tumbuh dari masyarakat," katanya. Menurut Bayu, berbagai departemen akan terlibat dalam program ini seperti Departemen Pertanian, Depertemen Kehutanan dan Depertemen Pekerjaan Umum. Ia mengatakan, program ini menjadi unik dan khusus karena basisnya di masyarakat desa itu sendiri dengan membangun pengetahuan lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News NTT Jadi Pilot Proyek Adaptasi Perubahan Iklim
Oleh: Uji Agung Santosa
Senin, 24 November 2008 15:14 WIB