KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK) keberatan jika disebut sebagai satu-satunya pihak yang harus bertanggungjawab atas amblesnya jalan raya Gubeng Surabaya di lokasi proyek
mixed use yang sedang mereka bangun pada 19 Desember 2018. Perusahaan konstruksi ini beralasan, banyak pihak yang terlibat dalam pembangunan proyek itu. Sementara DGIK hanya mendapatkan kontrak pekerjaaan strukturnya saja senilai Rp 165 miliar. Meskipun begitu, DGIK akan fokus memperbaiki jalan Gubeng agar segera kembali dilewati masyarakat. Untuk memperbaiki jalan itu, Nusa Konstruksi Enjiniring akan menyiapkan dana sebesar Rp 10 miliar sambil melihat perkembangan selanjutnya.
"Dari mana dananya itu urusan kedua, yang penting jalan bisa segera diperbaiki. Kami menargetkan 31 Desember ini sudah selesai diperbaiki. Namun kalau lihat perkembangan saat ini, kami perkirakan penyelesainnya bisa lebih cepat," kata Djoko Eko Soeprastowo, Direktur Utama DGIK, Jumat (21/12). Djoko mengatakan, proyek yang sedang dibangun itu merupakan
mixed use yang nantinya ada basement, retail, dan rumah sakit. Rumah sakit yang akan dibangun disana adalah Siloam Hospitals. Menurut Djoko, sebelum pihaknya mendapatkan kontrak pekerjaan struktur proyek itu pada Desember 2017 senilai Rp 165 miliar dari PT Saputra Karya sebagai pemilik proyek, pekerjaan pondasinya sudah terlebih dahulu dibangun oleh kontraktor PT Indonesia Pondasi Raya (Indopora). Sementara untuk konsultan struktur ada PT Ketika
engineering consultants dan konsultan Arsitek melibatkan Blue Antz. Djoko bilang dalam menggarap proyek itu, pihaaknya sudah sesai dengan perencanaan dan metode kerja yang diarahkan kosultan dan pemberi kerja. "Kami saat ini masih menunggu hasil dari investasi pihak terkait terkait penyebab amblesnya jalan itu. Pekerjaan yang kami lakukan sudah sesuai prosedur. Sebelum hasil keputusan siapa yang akan bertanggung jawab kami keberatan jika dijadikan sebagai satu-satunya pihak yang harus bertanggung jawab," kata Djoko.
Djoko menyampaikan, pihaknya selalu melakukan monitoring terhadap setiap progres pekerjaan proyek itu dari hari ke hari. Ketika mendapat kontrak pada Desember tahun lalu, perusahaan mulai melakukan pekerjaan dan sempat diberhentikan pada Maret 2018 karena terjadi penurunan tanah 30 milimeter. Kemudian, Nusa Konstruksi Enjiniring melkakan konsultasi kepada konsultan yang sudah ditunjuk di Surabaya terkait penurunan tersebut. Setiap hari dimonitoring kembali dan dalam beberapa hari hanya terjadi penurunan tanah 1 milli meter. Lantaran tidak ada perubahan yang signifikan dari hasil valuasi, pekerjaan kemudian dilanjutkan usai lebaran hingga Oktober 2018. Sejak Oktober, lanjut Djoko, seluruh pekerjaan dihentikan kembali karena adanya pemasalahan
financial dan tidak ada hubungan dengan kestabilan galian di area proyek. "Dua hari sebelum kejadian tanggal 19 Desember itu kita baru mulai lanjutkan pekerjaan lagi." katanya menjelaskan kronologi kejadian. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi