Nusa Palapa Gemilang (NPGF) Menargetkan Laba Bersih Naik di Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen pupuk PT Nusa Palapa Gemilang Tbk (NPGF) memproyeksi laba bersih dapat tumbuh positif pada tahun 2022. Pada 2021, laba bersih tahun berjalan NPGF tercatat merosot 19,9% year on year (yoy) menjadi Rp 4,29 miliar, dari Rp 5,35 miliar pada 2020.

Pasalnya, di semester kedua tahun 2022, harga bahan baku pupuk NPK diprediksi akan mulai menurun dan stabil. Direktur NPGF Imam Subakti mengatakan, penurunan harga bahan baku NPK akan berdampak positif terhadap terjaganya proyeksi margin laba.

Pertumbuhan positif pada bottom line tahun ini juga didukung oleh pendapatan tahun 2022 yang diprediksi dapat meningkat sekitar 20% yoy. "Hal ini didukung oleh kenaikan harga jual NPK yang signifikan sebagai efek dari kenaikan harga bahan baku pupuk dunia," kata Imam saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (6/5).


Baca Juga: Nusa Palapa Gemilang memproyeksi pendapatan 2022 tumbuh sekitar 20%

Kebutuhan pupuk pada 2022 diperkirakan akan tetap tinggi meskipun harga jauh lebih tinggi dibanding tahun 2021. Hal ini karena harga tandan buah segar (TBS) yang merupakan produk dari perkebunan sawit juga naik signifikan mengikuti kenaikan harga crude palm oil (CPO) dunia.

"Alhasil, kenaikan harga pupuk juga diikuti oleh kenaikan daya beli kebun sawit terhadap pupuk NPK," ucap Imam.

Ditambah lagi, pemerintah menerapkan kebijakan konversi bahan bakar solar (fosil) ke bahan bakar yang terbarukan (nabati) secara bertahap. Kebijakan ini diyakini akan terus meningkatkan permintaan terhadap minyak sawit sebagai bahan bakunya.

Baca Juga: Kerek Utilitas, Nusa Palapa Gemilang (NPGF) Belum Anggarkan Capex Untuk Tahun Ini

Di samping itu, kebijakan moratorium pembukaan perkebunan sawit baru membuat pemilik kebun harus terus meningkatkan produktivitas kebunnya. Salah satu yang harus dilakukan adalah meningkatkan intensitas pemakaian pupuk untuk seluruh areal perkebunannya.

Kondisi tersebut akan meningkatkan permintaan terhadap pupuk jenis NPK yang notabene mempunyai manfaat yang lebih bagus dibanding pupuk tunggal yang masih banyak digunakan oleh perkebunan sawit dalam rangka menekan biaya perawatan meskipun produktivitas kebun menjadi tidak maksimal. Dalam jangka panjang, kebijakan moratorium atas izin perkebunan sawit baru tentu akan membuat jumlah permintaan terhadap TBS dan CPO menjadi lebih rendah dibanding jumlah suplainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati