Nusantara Infrastructure (META) Lebarkan Bisnis Energi Terbarukan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) menyelaraskan bisnis infrastruktur jalan tol dengan bisnis energi terbarukan seiring dengan komitmen pemerintah Indonesia mendorong transisi energi menuju Net Zero Emission di 2060. 

Bisnis ke energi terbarukan ini dijalankan oleh anak perusahannya PT Energi Infranusantara (EI) yang telah didirikan pada 2012. Hingga akhir 2021, kepemilikan saham META di Energi Infranusantara sebesar 99,99%. 

Ridwan Irawan, Direktur Nusantara Infrastructure yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Energi Infranusantara menjelaskan hingga saat ini bisnis jalan tol masih memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan META. 


Namun sektor bisnis energi baru terbarukan (EBT) dan pengelolaan air bersih juga ditargetkan dapat terus berkembang sehingga memberikan peningkatan kontribusi. 

Baca Juga: Cemindo Gemilang (CMNT) Masih Kejar Pertumbuhan Pendapatan 15% Tahun Ini

“Tentunya dengan mempertimbangkan besaran belanja modal, timing dan manajemen resiko pada masing-masing project yang bersangkutan,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (13/11). 

Melansir laporan keuangannya di semester I 2022, pendapatan META senilai Rp 397,89 miliar di mana kontribusi segmen jasa pengelola jalan tol berkontribusi Rp 274,53 miliar, kemudian diikuti segmen energi senilai Rp 79,42 miliar, lalu penyediaan air Rp 35,56 miliar. 

Jika dibandingkan dengan pendapatan di semester I 2021, segmen jasa pengelola jalan tol hingga Juni 2022 mengalami penurunan 28% secara tahunan sedangkan segmen energi cenderung stabil meski turun tipis 0,3 %. 

Ridwan memaparkan, saat ini pihaknya telah memiliki sejumlah proyek energi terbarukan dalam pipeline yang siap untuk dikembangkan, termasuk juga pembangkit hidro, biomassa dan surya. Dia bilang, pelaksanaannya akan disesuaikan dengan prosedur dan proses yang diselenggarakan oleh PLN. 

Secara umum, Ridwan melihat bahwa pengembangan kapasitas pembangkit EBT akan terus bertambah sesuai dengan roadmap dalam RUPTL 2021-2030. Adapun RUPTL menargetkan penambahan kapasitas pembangkit EBT baru sebesar 10,6 GW sampai dengan tahun 2025. Selanjutnya 10,3 GW dalam 5 tahun berikutnya sehingga akan ada penambahan kapasitas hingga 20.9 GW hingga 2030. 

Dengan target ini, Pemerintah memproyeksikan bauran energi EBT mencapai 23% pada tahun 2025 dan 25% pada tahun 2030. Dari target penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 20.9 GW tersebut, ditargetkan kontribusi sektor swasta (IPP) mencapai 11.8 GW. 

“Hal ini tentu merupakan kesempatan dan prospek bisnis yang sangat baik bagi para pengusaha IPP di Indonesia, termasuk Perusahaan,” ujarnya. 

Melihat hal ini, Nusantara Infrastructure sangat antusias  berpartisipasi dalam pengembangan pembangkit EBT baru. Namun, Ridwan memberikan catatan, saat ini pengembangan IPP di Indonesia harus berjalan sesuai dengan roadmap yang telah ditentukan oleh Pemerintah dalam RUPTL 2021-2030.

Baca Juga: Wulandari Bangun Laksana (BSBK) Bakal Diuntungkan Proyek IKN, Ini Penyebabnya

Maka itu, Ridwan memproyeksikan, pihaknya dapat meraih  peningkatan pendapatan dari segmen energi terbarukan hingga dua kali lipat atau tiga kali lipat dibandingkan pendapatan saat ini dalam 5 tahun ke depan. 

“Target ini berdasarkan asumsi jika terjadi perbaikan neraca daya di Indonesia dan terdapatnya serapan PLN atas produksi listrik energi bersih dari pembangkit EBT eksisting maupun pembangkit EBT baru META,” tandasnya. 

Sebagai informasi, saat ini Energi Infranusantara melalui PT Inpola Meka Energi mengoperasikan PLTA Lau Gunung yang berlokasi di Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. PLTA dengan kapasitas 2x7,5 MW telah selesai dibangun dan sudah mulai beroperasi pada 16 Desember 2020. 

Kemudian Energi Infranusantara melalui PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestara mengoperasikan Pembangit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) di Siantan, Mempawah, Kalimantan Barat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi