Nusantara Infrastructure perkuat energi terbarukan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca melepas bisnis menara telekomunikasi, PT Nusantara Infrastructure Tbk memantapkan niat memperkuat bisnis energi. Pilihan perusahaan itu jatuh kepada pengembangan sektor energi terbarukan berupa pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTMH) dan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).

Nusantara Infrastructure menggunakan kendaraan bisnis PT Energi Infranusantara. Dalam lima tahun ke depan, perusahaan berkode saham META di Bursa Efek Indonesia tersebut menargetkan kepemilikan konsesi pembangkit listrik dengan total kapasitas setrum 300 megawatt (MW).

Nusantara Infrastructure berharap, 200 MW dari total target 300 MW bisa beroperasi pada tahun 2023. Dengan begitu, bisnis energi bakal berkontribusi signifikan bagi total pendapatan mereka pada tahun tersebut.


Untuk memuluskan cita-cita, tahun ini Nusantara Infrastructure siap menganggarkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar 400 miliar khusus untuk ekspansi bisnis energi. Dana tersebut untuk mendanai investasi konsesi pembangkit listrik baru dan menyelesaikan pembangunan LPTMH Lau Gunung di Sumatra Utara.

Dalam mengejar konsesi pembangkit listrik baru, Nusantara Infrastructure tak segan menjalin kongsi dengan perusahaan BUMN maupun perusahaan swasta lain. "Kami berharap bisa mendapatkan konsesi baru tahun ini," kata Deden Rochmawaty, General Manager Corporate Affairs PT Nusantara Infrastructure Tbk saat dihubungi KONTAN,  belum lama ini.

Nusantara Infrastructure masih menyimpan rapat identitas mitra bisnis yang akan digandeng. Manajemen perusahaan hanya mengatakan, proyek setrum yang tengah dibidik ada dua, yakni masing-masing di Sumatra dan Sulawesi.

Kalau berkaca dari proyek PLTMH Lau Gunung yang pembangunannya masih berjalan, Nusantara Infrastructure membentuk konsorsium dengan PT Pembangunan Peruamhan (Persero) Tbk atau PT PP. Nusantara Infrastructure melalui Energi Infranusantara, menggenggam kepemilikan saham 54,64% dan sisanya milik PT PP.

PLTMH Lau Gunung yang berkapasitas 15 MW membutuhkan dana investasi sekitar Rp 420 miliar. Nusantara Infrastructure menargetkan proyek itu bisa beroperasi pada kuartal III 2019. Kalau target terpenuhi, tahun depan mereka akan menikmati kontribusi pendapatan sekitar Rp 30 miliar.

Mengintip informasi dalam laporan keuangan Nusantara Infrastructure kuartal I 2018, pembangunan PLMTH Lau Gunung berjalan di bawah PT Inpola Meka Energi. Pada 28 Desember 2009 lalu, Inpola Meka telah meneken perjanjian jual-beli listrik atau power purcahse agreement (PPA) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) selama 20 tahun.

Pada 12 Desember 2017, Inpola Meka mendapatkan fasilitas kredit dari Bank Central Asia (BCA) sebesar Rp 27 miliar untuk penjaminan atas proyek PLTMH Lau Gunung dan modal kerja dengan jatuh tempo setahun. Agunan pinjaman berupa deposito dari BCA dengan jaminan deposito dari Energi Infranusantara. Hingga 31 Maret 2018, saldo pinjaman tercatat sekitar Rp 26,88 miliar dan beban bunga mencapai Rp 116,25 juta.

Meski bisnis energi menjanjikan, tantangannya juga banyak. "Pemerintah belum total mendukung melalui peraturan sehingga menimbulkan keraguan-keraguan investor, padahal potensi energi terbarukan di Indonesia sangat besar," ungkap Deden.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat