KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (
PORT) mengantisipasi sejumlah tantangan bisnis yang berpotensi menghadang pada tahun 2022. Emiten yang bergerak di sektor kepelabuhanan ini juga menjajaki peluang pengembangan usaha. Direktur Utama PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk Paul Krisnadi mengatakan pada tahun ini diprediksi masih banyak tantangan, lantaran kongesti pelabuhan di dunia masih berlangsung. Selain itu ada juga faktor mulai meningkatnya covid-19 varian Omicron. PORT mengantisipasi beberapa risiko, terutama dari sisi biaya energi. Secara bisnis, PORT juga turut melakukan antisipasi penurunan penjualan alat pelabuhan (port equipment sales) yang sifatnya tidak regular.
"Kami akan terus meningkatkan efisiensi biaya dan meningkatkan produktivitas dengan cara peremajaan beberapa alat pelabuhan," terang Paul kepada Kontan.co.id, Jumat (14/1). Sebagai informasi, pendapatan PORT berasal dari segmen jasa stevedoring, jasa storage yard, servis pemeliharaan, barging services, operasi terminal dan sewa alat.
Baca Juga: Nusantara Pelabuhan Handal (PORT) Anggarkan Capex Hingga Rp 130 Miliar di Tahun Ini Kontribusi terbesar berasal dari segmen terminal operator di Tanjung Priok yang terdiri dari jasa bongkar muat dan storage yard yang mencapai Rp 747,5 miliar atau sebesar 75% untuk periode sembilan bulan tahun 2021. Merujuk laporan keuangan per kuartal III-2021, PORT membukukan pendapatan sebesar Rp 994,09 miliar. Meningkat tipis 0,63% dibandingkan raihan pada kuartal III-2020 yang sebesar Rp 987,82 miliar. PORT masih mencatat rugi periode berjalan sebesar Rp 73,03 miliar. Dengan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 44,36 miliar hingga periode September 2021. Untuk tahun ini, manajemen PORT bahkan telah memprediksi terjadinya penurunan pendapatan konsolidasi. Di luar segmen port equipment sales dan barging services, manajemen PORT menargetkan akan ada kenaikan pendapatan dari segmen bisnis terminal operator sebesar 5%. Namun untuk total pendapatan konsolidasi, pada tahun ini manajemen PORT memprediksi akan terjadi penurunan dengan rentang di bawah 5%. "Kami memprediksikan total pendapatan konsolidasi akan sedikit menurun di tahun 2022 (<5%) yang disebabkan penurunan penjualan alat pelabuhan (port equipment sales) yang memang bersifat non-recurring. Sementara dari sisi bottom line kami proyeksikan tidak berbeda jauh dari tahun lalu," jelas Paul.
Mengenai belanja modal alias capital expenditure (capex), PORT mengalokaiskan dana sebesar Rp 100 miliar hingga Rp 130 miliar pada tahun 2022. Capex tersebut terutama akan dialokasikan untuk peremajaan truk dan crane. Anggaran di tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan estimasi capex tahun lalu yang hanya Rp 13 miliar. Di mana, belanja modal di tahun 2021 digunakan untuk pembelian alat pelabuhan yang sifatnya lebih kepada peremajaan truk. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi