Nusantara Sawit Sejahtera Bidik Dana Segar hingga Rp 677,96 Miliar Lewat IPO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSS) bakal melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). Calon emiten aktivitas perusahaan holding dan aktivitas konsultasi manajemen lainnya menawarkan sebanyak 3,56 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 50 per saham.

Presiden Direktur NSS Teguh Patriawan mengemukakan, jumlah saham NSS yang ditawarkan itu mewakili 15% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO saham. 

“Harga saham NSS yang ditawarkan kepada publik berada di rentang Rp 122 sampai Rp 190 per saham,” katanya dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (17/2).


IPO ini didahului dengan penawaran awal (book building) pada 17-22 Februari 2023. Dengan rentang harga yang ditawarkan, perseroan berpotensi meraup dana antara Rp 435,32 miliar sampai dengan Rp 677,96 miliar.

Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO) Masuk Penawaran IPO Awal Pekan, Begini Pandangan Analis

Bersamaan dengan IPO saham, emiten yang bakal menggunakan kode saham NSSS ini juga menerbitkan sebanyak 1,78 miliar waran seri I, atau sebanyak 8,82% dari total saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO ini disampaikan.

Setiap pemegang dua saham baru berhak memperoleh satu waran seri I. Setiap pemegang satu waran seri I berhak membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 182 hingga Rp 285 per saham. Jika seluruhnya dilaksanakan oleh pemegang waran seri I, dana yang akan diperoleh NSS sebesar Rp 324,709 miliar sampai dengan Rp 508,473 miliar.

"Dana hasil IPO ini untuk membiayai pembangunan fasilitas produksi, pembiayaan penanaman baru, dan modal kerja entitas anak," katanya.

Dana tersebut akan disalurkan melalui mekanisme penyertaan modal kepada tiga entitas anak sesuai dengan kebutuhan. PT Borneo Sawit Perdana (BSP) sebesar 42,40%, PT Bina Sarana Sawit Utama (BSSU) mendapatkan sebesar 47% untuk kebutuhan biaya belanja modal guna melakukan penanaman baru tanaman kelapa sawit.

Sisa dana IPO sebesar 10,6% akan digunakan oleh PT Prasetya Mitra Muda (PMM) untuk modal kerja dalam pembelian pupuk dan bahan kimia pertanian. Sedangkan dana yang diperoleh perseroan dari hasil pelaksanaan waran seri I seluruhnya akan digunakan untuk belanja modal ke entitas anak dengan mekanisme penyertaan modal.

Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam IPO NSSS, yakni PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT Sucor Sekuritas, dan PT Samuel Sekuritas Indonesia.

Ke depannya, Teguh meyakini, bisnis CPO masih memiliki potensi besar di Indonesia. Per September 2022, penjualan NSSS mencapai Rp 864,31 miliar. Pencapaian ini naik 13,2% dibandingkan penjualan NSS sebesar Rp 763,38 miliar per September 2021.

Kenaikan penjualan tersebut didorong oleh peningkatan penjualan CPO sebesar 9,5% dan peningkatan penjualan PK sebesar 17,3%. Ini dipicu oleh kenaikan harga jual rata-rata CPO sebesar 17,8% dan kenaikan harga jual rata-rata PK sebesar 26,8%.

Dari penjualan tersebut, NSSS membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 66,07 miliar. Laba tersebut turun 56,1%, dari periode sama 2021 yang mencapai Rp 147,56 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan laba sebelum manfaat pajak penghasilan badan sebesar Rp 89,98 miliar atau sekitar 46,3%.

Baca Juga: Harga IPO Saptausaha Gemilangindah Rp 100-Rp 125 Per Saham

Total aset perseroan per 30 September 2022 turun 1,4%, dari Rp 2,97 triliun per 31 Desember 2021 menjadi Rp 2,93 triliun per 30 September 2022. Penurunan aset disebabkan oleh penurunan aset lancar sebesar Rp 123,59 miliar atau sebesar 31,1%.

Sedangkan total liabilitas perseroan mengalami penurunan sekitar 4,5%, dari Rp 2,41 triliun per 31 Desember 2021 menjadi Rp 2,30 triliun per 30 September 2022. Ini disebabkan oleh penurunan liabilitas jangka pendek sebesar Rp 121,9 miliar atau sebesar 33,6%.

Adapun total ekuitas NSSS meningkat sebesar 11,8%, dari Rp 559,254 miliar per 31 Desember 2021 menjadi Rp 625,326 miliar per 30 September 2022. Kenaikan tersebut disebabkan oleh penurunan akumulasi rugi sebesar Rp 66,07 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi