Nvidia Rogoh US$20M untuk Talenta & Tech Groq



KONTAN.CO.ID -  Raksasa semikonduktor global, Nvidia, baru saja mengambil langkah korporasi paling berani sepanjang sejarah berdirinya perusahaan.

Produsen chip paling bernilai di dunia ini dilaporkan telah mencapai kesepakatan senilai US$ 20 miliar (setara Rp315 triliun) untuk mengakuisisi teknologi dan talenta dari Groq, sebuah perusahaan rintisan yang menjadi pesaing kuat dalam pengembangan infrastruktur kecerdasan buatan (AI).

Transaksi strategis ini menandai ambisi Nvidia untuk memperkuat dominasi di pasar chip AI yang kian kompetitif.


Baca Juga: Bill Gates Alihkan Miliaran Dolar ke Yayasan Mantan Istri

Namun, di saat yang sama, perusahaan yang dipimpin oleh Jensen Huang ini harus berhadapan dengan pengawasan ketat dari regulator Amerika Serikat (AS) terkait rantai pasok global, khususnya yang bersinggungan dengan pasar Asia dan China.

Akuisisi Terbesar Sepanjang Sejarah Nvidia

Kesepakatan dengan Groq ini menjadi transaksi terbesar yang pernah dilakukan Nvidia, melampaui rekor akuisisi Mellanox pada tahun 2019 yang bernilai US$ 7 miliar (sekitar Rp109,25 triliun).

Groq, yang didirikan oleh mantan insinyur Google TPU sembilan tahun lalu, dikenal memiliki keunggulan dalam teknologi AI inference berkecepatan tinggi.

Melansir laporan dari Yahoo Finance, meskipun Groq menyebut pembelian ini sebagai perjanjian lisensi non-eksklusif, sumber internal mengungkapkan bahwa Nvidia sebenarnya mengakuisisi hampir seluruh aset penting Groq.

Nilai US$ 20 miliar ini setara dengan tiga kali lipat valuasi Groq pada putaran pendanaan terakhirnya yang sebesar US$ 6,9 miliar (sekitar Rp108,675 triliun).

Beberapa poin penting dari akuisisi Nvidia terhadap Groq meliputi:

  • Kontrol Teknologi: Nvidia kini memegang kendali penuh atas desain chip inferensi berkecepatan tinggi milik Groq untuk diintegrasikan ke platform AI yang lebih luas.
  • Kepemimpinan Baru: Petinggi Groq, termasuk CEO Jonathan Ross dan Presiden Sunny Madra, dikabarkan akan bergabung ke dalam tim kepemimpinan Nvidia.
  • Pemisahan Unit: Unit GroqCloud akan tetap beroperasi secara independen di bawah kendali manajemen keuangan mereka sendiri.
Baca Juga: Pekerjaan Sederhana CEO Sukses: Pelajaran Resiliensi

Strategi ini dinilai mirip dengan langkah Nvidia pada September lalu saat merogoh kocek US$ 900 juta untuk mengambil alih aset intelektual dan staf kunci dari Enfabrica.

Dengan integrasi teknologi Groq, Nvidia semakin mengukuhkan posisinya dalam menangani beban kerja real-time di pasar chip AI dunia.

Tantangan Geopolitik dan Investigasi di Asia Tenggara

Di tengah upaya memperkuat infrastruktur AI, Nvidia menghadapi tantangan serius dalam hal kepatuhan regulasi ekspor.

Mengutip laporan Bloomberg, otoritas terkait tengah memantau aktivitas Megaspeed International, sebuah importir chip Nvidia yang berbasis di Singapura. Perusahaan ini dicurigai terlibat dalam upaya penyelundupan chip seri H100 dan H200 yang dilarang ke wilayah China.

Isu ini muncul akibat adanya selisih antara jumlah chip yang diklaim Nvidia telah dikirimkan ke Megaspeed dengan hasil temuan selama inspeksi lapangan.

Investigasi ini menempatkan Nvidia dalam posisi yang dilematis, mengingat Singapura telah menjadi pusat bagi banyak perusahaan rintisan AI, namun juga dianggap sebagai titik risiko pengalihan barang ke negara-negara yang masuk dalam daftar pembatasan perdagangan AS.

Dikutip dari sumber yang sama, Nvidia secara konsisten menegaskan bahwa mereka mematuhi seluruh hukum ekspor yang berlaku.

Kendati demikian, kasus Megaspeed diprediksi akan menguji ketegasan sikap perusahaan di hadapan regulator global yang semakin memperketat arus keluar teknologi sensitif.

Tonton: Kasus Berulang, FDA Kembali Tarik Udang Beku Asal Indonesia dari Pasar AS

Proyeksi Nilai Pasar dan Risiko Investor

Para analis pasar modal tetap optimistis terhadap valuasi jangka panjang Nvidia meski dihadapkan pada ketidakpastian geopolitik.

Analis dari Loop Capital memprediksi nilai pasar Nvidia berpotensi menyentuh angka US$ 6 triliun dalam setahun ke depan, setelah sebelumnya berhasil melampaui ambang batas US$ 4 triliun.

Infrastruktur AI milik Nvidia saat ini menjadi tulang punggung bagi raksasa teknologi lain, mulai dari pusat data Google hingga model bahasa besar milik OpenAI.

Namun, ketergantungan pada peristiwa geopolitik kini menjadi variabel risiko yang signifikan bagi para investor.

Pertumbuhan yang sangat cepat ini menuntut Nvidia untuk mampu meyakinkan investor dan otoritas bahwa ekspansi mereka tidak mengabaikan kepatuhan regulasi.

Menjelang tahun 2026, tantangan utama perusahaan bukan lagi sekadar inovasi kecepatan chip, melainkan kemampuan dalam menavigasi kompleksitas aturan perdagangan global yang terus berubah.

Selanjutnya: Daftar Top Series 2025 Versi IMDb, Ada The White Lotus hingga Squid Game

Menarik Dibaca: Daftar Top Series 2025 Versi IMDb, Ada The White Lotus hingga Squid Game

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

TAG: