KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah jeblok di perdagangan hari ini, Rabu (5/6). Pelemahan rupiah bisa lebih dalam pada Kamis (6/6) apabila data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) kembali tangguh. Rabu (5/6), kurs rupiah spot melemah 0,41% ke Rp 16.287 per dolar AS. Sedangkan kurs rupiah Jisdor melemah 0,38% ke Rp 16.282 per dolar AS. Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, rupiah nyaris tembus Rp 16.300 di hari ketiga pekan ini, Rabu (5/6). Pelemahan rupiah kali ini merupakan catatan buruk karena rupiah menduduki posisi terlemah sejak April 2020 atau dalam 4 tahun terakhir.
Tidak hanya pergerakan mata uang, pasar saham anjlok lebih dari 2%. Di pasar surat utang, imbal hasil
(yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik 1,7 basis poin (bps). Kenaikan
yield menandakan harga obligasi sedang turun. “Faktor penyebab tidak lepas karena pengaruh dari arus modal asing yang keluar,” ujar Nanang kepada Kontan.co.id, Rabu (5/6).
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,38% ke Rp 16.282 Per Dolar AS Pada Rabu (5/6) Nanang menambahkan, kecemasan akan pelebaran defisit fiskal untuk mengakomodasi program-program dari pasangan presiden terpilih menambah kekhawatiran domestik. Pemerintah memperkirakan defisit anggaran tahun depan bisa mencapai 2,82% dari PDB, lebih besar dibandingkan tahun ini yang diperkirakan 2,29%. Faktor lainnya yang memicu pelemahan rupiah adalah ketidakpastian mengenai arah kebijakan Federal Reserve yang saat ini menjadi sorotan global di tengah ancaman perlambatan ekonomi. Bank sentral AS itu diperkirakan masih mempertahankan suku bunga yang ada, sembari menantikan rilisan data terbaru yakni ketenagakerjaan dan inflasi CPI. Nanang menjelaskan, bila data inflasi dan ketenagakerjaan melambat signifikan, tidak menutup kemungkinan percepatan pemangkasan suku bunga. Namun, investor saat ini lebih memilih pegang dolar karena terfokus pada data
nonfarm payroll (NFP) yang dirilis hari Jumat (7/6).
Baca Juga: BPK Temukan Penyimpangan Belanja Perjalanan Dinas PNS Rp 39,26 Miliar Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencermati, pelemahan rupiah hari ini berkaitan dengan penantian menjelang rilis data cadangan devisa (cadev) Indonesia pada Jumat (7/6). Dari eksternal, pelemahan rupiah dipengaruhi investor yang menunggu pengumuman European Central Bank (ECB) esok hari. Depresiasi rupiah juga didukung oleh permintaan dolar AS di pasar domestik. Walau demikian, Josua melihat rupiah berpotensi menguat pada perdagangan besok hari, Kamis (6/6). Proyeksi itu karena menilai adanya potensi penurunan data ketenagakerjaan Amerika yaitu ADP Employment Change. “Penurunan data ADP tersebut akan berdampak pada peningkatan ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) di tahun 2024,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (5/6).
Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Melemah 0,41% ke Rp 16.287 Per Dolar AS Pada Rabu (5/6) Nanang menyebutkan, pergerakan rupiah besok akan dipengaruhi bagaimana pergerakan dolar di sesi Asia, pasca malam ini dirilis data ADP Employment dan ISM Service PMI. Bila data ini kembali membaik, maka rupiah besok jebol dan bergerak di atas Rp 16.300 per dolar AS. Sebaliknya, data mengecewakan bisa menjadi ajang
profit taking bagi rupiah untuk bisa kembali berada di bawah Rp 16.200 per dolar AS. “Pergerakan rupiah yang melemah ini tengah dalam pantauan otoritas BI dan Pemerintah, bila pelemahan terlalu jauh, tidak menutup kemungkinan akan adanya intervensi,” imbuh Nanang. Nanang memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.150 per dolar AS–Rp 16.350 per dolar AS di perdagangan Kamis (6/6). Sedangkan, Josua memperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 16.225 per dolar AS–Rp 16.325 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati