Nyonya Meneer Berencana Bangun Pabrik di China



JAKARTA. Besarnya insentif yang di tawarkan pemerintah China membuat perusahaan jamu lokal rupanya tergiur juga. PT Nyonya Meneer, produsen jamu asal Indonesia berniat menginvestasikan dananya di China. Insentif yang diberikan China ini antara lain adalah modal kerja, lahan untuk mendirikan pabrik, serta kemudahan memasarkan produknya. "Siapa yang tidak mau menginvestasikan dananya di sana jika iming-imingnya sangat bagus," kata Charles Saerang, Direktur Utama PT Nyonya Meneer, kemarin. Menurut Charles, saat ini perusahaannya telah mendapatkan izin untuk pembangunan pabrik tersebut. Rencananya ia akan merealisasikan rencananya pada tahun depan. Saat ini, Charles sedang melakukan kajian untuk menggandeng perusahaan lokal di sana. "Semoga semuanya akan selesai pada akhir tahun ini," paparnya. Charles bilang perusahaannya akan menanamkan dananya sebesar US$ 10 juta. Pembangunan pabriknya ini akan dilaksanakan secara bertahap selama lima tahun. Menurutnya, dana pembangunan pabrik ini akan diberikan oleh pemerintah China secara cuma-cuma. "Kita diberikan gratis," tegasnya. Tentu saja, perusahaan China juga menetapkan ketentuan yang harus dilakukan perusahaan Charles. China meminta Charles menggunakan bahan baku jamu asal negaranya. Selain itu, China juga meminta segala kebutuhan industrinya menggunakan produk asal negeri panda tersebut, seperti mesin, pengepakan. "Kita juga akan menggunakan brand jamu China," ungkapnya. Charles bilang sebelumnya perusahaannya telah ditawari negara Malaysia untuk membangun pabriknya di sana. Sayang, tawaran Malaysia tidak terlalu menggiurkannya. Sehingga, pilihan investasi ini jatuh ke negeri tirai bambu tersebut. Pemilihan China sebagai negara tujuan investasi juga dilakukan karena pemerintahnya menutup impor jamu dari luar. Padahal, pasar China sangat merajai industri jamu. Menurutnya, pasar jamu di China setiap tahunnya mencapai US$ 20 billion. Dengan begitu, penjualan perusahaannya akan menjulang tinggi. Bukan hanya itu, dengan pembangunan pabrik di China, ia akan mampu menjual produknya ke negara lain, seperti Hongkong yang pasar jamunya di perkirakan mencapai US$ 1 billion per tahunnya. "Kita akan pasarkan ke negara lain juga, seperti korea," tegasnya. Dengan begitu, target perusahaannya untuk membukukan laba bersih sebesar Rp 100 miliar akan tercapai pada tahun depan. Saat ini, perusahaannya memasang target laba sebesar Rp 70 miliar hingga Rp 90 miliar.  Charles mengungkapkan, jika pemerintah ingin mendorong perusahaan jamu menanamkan investasinya di dalam negeri, sebaiknya pemerintah memberikan insentif. Bukan hanya itu, pemerintah Indonesia juga membantu memasarkan produk jamu asli tanah air. "Industri jamu harus diperhatikan," paparnya. Menurut Charles, salah satu solusi untuk mendongkrak penjualan jamu saat krisis melanda adalah kerjasama antara berbagai negara. "Harus ada proses government dengan government luar, misalkan kita boleh menjual lima produk dan ditukar dengan produk mereka," katanya mencontohkan. Hal ini harus dilakukan karena negara tujuan ekspor, seperti Eropa, Amerika, China, Hongkong, Korea telah menutup keran impor produk. Jika kerjasama ini tidak dilakukan, tidak menutup kemungkinan penjualan jamu tahun depan akan terpangkas. "Tahun ini saya optimis target Rp 7,2 triliun akan tercapai, namun tahun depan jika kondisinya seperti ini akan terkoreksi dari Rp 8,4 triliun menjadi Rp 7 triliun," ungkapnya. Putri K Wardani, Wakil Presiden Direktur PT Mustika Ratu Tbk juga berencana melakukan investasi. Namun, pilihan investasinya ini akan dilakukan di dalam negeri. "Setiap tahun, kita menargetkan penjualan perusahaan akan meningkat 30%," tegasnya. Oleh karena itu, tentunya perusahaan akan menanamkan investasi untuk melakukan pembelian mesin. "Saya lupa angka investasinya," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: