WELLINGTON. Minyak mentah mumbul kembali di New York di tengah spekulasi Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) bakal memangkas kembali produksi minyaknya bulan Januari depan sekaligus rencana stimulus perekonomian AS yang diprediksi akan menyusutkan persediaan minyak secara global. Kemarin, Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi mengatakan bahwa OPEC telah bertekad untuk menstabilkan pasar minyak. Sementara itu presiden terpilih Barack Obama akan memperluas paket stimulusnya untuk menciptakan lapangan kerja untuk sekitar 3 juta orang di AS. Hal ini ditegaskan oleh ajudan Obama akhir minggu lalu. “Minyak menyetir permintaan dan suplai. Jika kita memangkas lebih banyak, kita akan melihat harga akan terkerek naik dan stabil,” kata Jonathan Barratt, managing director Commodity Broking Services di Sydney, seperti dikutip dari Bloomberg Television. Minyak mentah untuk pengiriman Februari merangsek tipis sebesar 78 sen atau 1,8% menjadi US$ 43,14 per barel di New York Mercantile Exchange. Level ini diperdagangkan US$ 43,18 pada pukul 8:51 waktu Singapura. Untuk catatan, sejak Juli lalu, harga minyak di Nymex kini telah terperosok 71%. Kontrak minyak untuk Januari yang telah berakhir minggu lalu, terjerembap ke level yang memilukan, yaitu 6,5% menjadi US$ 33,87 per barel per 19 Desember 2008. Level ini paling rendah sejak 10 Februari 2004. Minggu lalu, harga minyak ini terjungkal 27% seiring dengan persediaan di Cushing, Oklahoma, melonjak ke level yang paling tinggi sepanjang 19 minggu ini dan investor telah memutuskan untuk berhenti dari kontrak sebelum libur akhir tahun. Barratt mengatakan, “OPEC dan produsen minyak lainnya putus asa mendapatkan dolar dan mereka juga putus asa untuk kembali mendapatkan harga minyak yang lebih tinggi.” Minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Februari menanjak 65 sen atau 1,5% menjadi US$ 44,65 per barel di ICE Futures Europe exchange London. OPEC yang menyuplai sekitar 40% dari kebutuhan minyak di dunia telah sepakat untuk memangkas produksinya lagi sebesar 2,46 juta barel per 1 Januari 2009 untuk menopang harga minyak sekaligus mencegah membanjirnya suplai minyak pada kuartal kedua tahun depan. Kelompok ini telah mengurangi produksinya sebesar 1m5 juta barel per hari pada bulan November dan tidak akan mengadakan pertemuan lagi hingga Maret 2009 nanti. Menurut Menteri Perminyakan Qatar Abdullah bin Hamad al-Attiyah, pada bulan tiga tersebut, OPEC akan menilai dampak dari pemangkasan terakhir. Rusia, produsen minyak terbesar di luar OPEC memotong produksinya sebesar 350 ribu barel per hari bulan lalu, dan kemungkinan besara akan mengiris suplainya lagi sebesar 320 ribu barel per hari tahun depan. Hal ini ditegaskan oleh Deputi Perdana Menteri Igor Sechin pada 17 Desember lalu.
Obama Berencana Menyerap 3 Juta Pekerja, Harga Minyak Terkerek Naik
WELLINGTON. Minyak mentah mumbul kembali di New York di tengah spekulasi Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) bakal memangkas kembali produksi minyaknya bulan Januari depan sekaligus rencana stimulus perekonomian AS yang diprediksi akan menyusutkan persediaan minyak secara global. Kemarin, Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi mengatakan bahwa OPEC telah bertekad untuk menstabilkan pasar minyak. Sementara itu presiden terpilih Barack Obama akan memperluas paket stimulusnya untuk menciptakan lapangan kerja untuk sekitar 3 juta orang di AS. Hal ini ditegaskan oleh ajudan Obama akhir minggu lalu. “Minyak menyetir permintaan dan suplai. Jika kita memangkas lebih banyak, kita akan melihat harga akan terkerek naik dan stabil,” kata Jonathan Barratt, managing director Commodity Broking Services di Sydney, seperti dikutip dari Bloomberg Television. Minyak mentah untuk pengiriman Februari merangsek tipis sebesar 78 sen atau 1,8% menjadi US$ 43,14 per barel di New York Mercantile Exchange. Level ini diperdagangkan US$ 43,18 pada pukul 8:51 waktu Singapura. Untuk catatan, sejak Juli lalu, harga minyak di Nymex kini telah terperosok 71%. Kontrak minyak untuk Januari yang telah berakhir minggu lalu, terjerembap ke level yang memilukan, yaitu 6,5% menjadi US$ 33,87 per barel per 19 Desember 2008. Level ini paling rendah sejak 10 Februari 2004. Minggu lalu, harga minyak ini terjungkal 27% seiring dengan persediaan di Cushing, Oklahoma, melonjak ke level yang paling tinggi sepanjang 19 minggu ini dan investor telah memutuskan untuk berhenti dari kontrak sebelum libur akhir tahun. Barratt mengatakan, “OPEC dan produsen minyak lainnya putus asa mendapatkan dolar dan mereka juga putus asa untuk kembali mendapatkan harga minyak yang lebih tinggi.” Minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Februari menanjak 65 sen atau 1,5% menjadi US$ 44,65 per barel di ICE Futures Europe exchange London. OPEC yang menyuplai sekitar 40% dari kebutuhan minyak di dunia telah sepakat untuk memangkas produksinya lagi sebesar 2,46 juta barel per 1 Januari 2009 untuk menopang harga minyak sekaligus mencegah membanjirnya suplai minyak pada kuartal kedua tahun depan. Kelompok ini telah mengurangi produksinya sebesar 1m5 juta barel per hari pada bulan November dan tidak akan mengadakan pertemuan lagi hingga Maret 2009 nanti. Menurut Menteri Perminyakan Qatar Abdullah bin Hamad al-Attiyah, pada bulan tiga tersebut, OPEC akan menilai dampak dari pemangkasan terakhir. Rusia, produsen minyak terbesar di luar OPEC memotong produksinya sebesar 350 ribu barel per hari bulan lalu, dan kemungkinan besara akan mengiris suplainya lagi sebesar 320 ribu barel per hari tahun depan. Hal ini ditegaskan oleh Deputi Perdana Menteri Igor Sechin pada 17 Desember lalu.