Obama Menang, Indonesia Harus Mempunyai Posisi Tawar



JAKARTA. Peneliti Senior CSIS Agus Widjojo bilang bahwa sampai saat ini ia belum mendapatkan pandangan konkret Obama tentang Indonesia dan hubungan bilateral militer antara RI dengan AS berkaitan dengan filosofinya, yaitu perubahan. Pasalnya menurut janji Obama, dirinya akan membawa perubahan atas kebijakan Bush, Presiden AS terdahulu.  Diharapkan, Obama dengan pemahaman dan pengalaman hidup di Indonesia selama beberapa saat dapat memberi motivasi bagi Obama untuk lebih memahami posisi Indonesia; sehingga dapat memberi keseimbangan yang lebih positif terhadap RI pada umumnya dan hubungan militer pada khususnya dibandingkan masa Bush.  Untuk masalah alutsista, RI memang tidak banyak beli dari AS. Karena RI masih proses untuk mencari bentuk final bagaimana cara memenuhi alutsista tanpa ketergantungan. Itu tentunya tidak mudah bagi RI yang belum mapan industri militernya.  Kerjasama lainnya yang dipandang perlu adalah kerjasama dalam memperkuat kemampuan dan kekuatan dari cara pandang TNI. Menurut Agus, kerjasama macam latihan militer gabungan dengan AS masih perlu. "Asal,  RI harus bisa menjauhkan hal itu dari penyalahgunaan militer sebagai instrumen penekan," katanya.  Lebih lanjut untuk masalah Namru 2. Sampai saat ini dari RI belum ada kesatuan pandangan apakah kerjasama militer bentuk itu bermanfaat atau tidak.  "Sebaiknya, Indonesia mengambil manfaat dari bentuk kerjasama dua negara. Karena, kerjasama dua negara dalam bentuk apapun dan bidang apapun tidak lepas dari kepentingan dua bangsa tersebut. Apalagi kerjasama AS-RI," tegasnya.    Untuk itu, diperlukan keseimbangan dua belah pihak. Walaupun itu tidak mudah karena posisi AS lebih adidaya. Untuk itu, Indonesia juga perlu berupaya  agar mendapatkan posisi yang seimbang sehingga kerjasamanya bermanfaat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: