Obama Setuju Bail Out Industri Otomotif



CHICAGO. Sejak kemenangannya pada Pemilihan Presiden minggu lalu, Obama selalu menghindari isu-isu yang bakal dihadapinya sebagai seorang presiden. Namun, lain halnya dengan isu penggelontoran dana talangan (bail out) untuk industri otomotif AS. Terkait  masalah yang satu ini, rupanya Obama tak tahan untuk tidak berkomentar.

Memang di Negeri Paman Sam, debat panas terkait bail out industri otomotif terus menjadi perdebatan hangat. Banyak pihak yang pro, kalau dana sebesar US$ 25 miliar dari US$ 700 miliar harus segera dikucurkan kepada Tiga Otomotif Besar (The Big Three) AS yakni GM, Ford dan Chrysler yang saat ini tengah  berupaya keras menyambung nyawa. Di sisi lain, pendapat kontra mengenai hal ini juga tak kalah banyak.

Masalah industri otomotif memang menjadi perhatian utama presiden AS terpilih ke 44 ini. Hal itu ia buktikan lewat pernyataannya pada konferensi pers pertama yang digelar Jumat pekan lalu. Lantas, ia juga mengutarakan isu ini pada pertemuan dengan Presiden Bush pada hari Minggu lalu.


Jurubicara kampanye Obama John Podesta bilang, saat ini Obama ingin memastikan industri otomotif AS dapat terus memproduksi kendaraan yang dibutuhkan oleh warga AS. “Obama juga ingin agar industri otomotif dapat menyelesaikan pekerjaan dalam menciptakan kendaraan yang hemat bahan bakar sesuai dengan kebutuhan energi kita,” jelasnya. 

Podesta juga mengatakan, penyelamatan atas industri otomotif sangat penting karena menyangkut jutaan lapangan pekerjaan bagi warga AS, baik dari sektor produksi, perusahaan suku cadang, dealer mobil hingga bengkel mobil.

“Saat ini kita sedang membicarakan tentang US$ 25 miliar yang dapat menyelamatkan jutaan warga agar tidak menganggur di negara ini. Saya rasa alasannya benar-benar sangat jelas,” jelas Debbie Stabenow senator dari Partai Demokrat di Michigan.

Namun tidak sedikit pula yang menentang hal itu. Para kritikus berpendapat, perusahaan otomotif harus menyelesaikan sendiri masalahnya. Sebab, selama bertahun-tahun, mereka menolak untuk menawarkan  produk-produk inovatif baru yang hemat bahan bakar.

Pendapat serupa juga diutarakan oleh ekonom Peter Morici dari University of Maryland School of Business. Ia bilang, jika Obama benar-benar menyetujui bail out the Big Three, maka ia bisa jadi mengambil keputusan yang salah. Sebab, tanpa adanya reformasi besar-besaran, tiga produsen besar otomotif tersebut akan berakhir dengan kebangkrutan dalam dua atau tiga tahun dari sekarang.

“Ini tidak akan berhasil. Dengan memberikan mereka bantuan sekarang, tidak akan membuat kinerja mereka lebih efektif,” ungkap Morici.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie