WASHINGTON. Presiden terpilih Barack Obama mengingatkan bahwa perekonomian AS berisiko untuk kian terjungkal ke lembah krisis jika tanpa campur tanpa campur tangan pemerintah dan pemotongan pajak. Obama juga mendesak Kongres untuk bertindak lebih cepat untuk menggulirkan paket stimulus senilai US$ 775 miliar. Dalam pidatonya secara langsung untuk publik dan para pemangku kebijakan, Obama menggambarkan potret AS dimana pendapatan keluarga mulai menyusut, tingkat pengangguran yang menanjak dan "generasi yang berpotensi dan yang menjanjikan" bakalan hilang tanpa aksi yang dilakukan oleh pemerintah. "Saya tidak percaya bahwa kini sudah terlambat untuk menangani. Tapi hal itu (terlambat-red) akan terjadi jika kita tidak mengambil langkah yang dramatis sesegera mungkin," katanya di George Mason University di Fairfax, Virginia. Ia kembali menambahkan, "Jika tidak ada satupun yang dilakukan, maka resesi ini akan terus berlangsung selama bertahun-tahun." Beberapa jam sebelum Obama melemparkan pidatonya, sejumlah laporan telah mencuat dari industri swasta. Pemerintah juga menggaris bawahi efek sepanjang tahun dari kemerosotan ini. Obama, yang akan mulai resmi berkantor pada 20 Januari nanti, mengajukan proposal stimulus perekonomian untuk dua tahun termasuk pengeluaran untuk infrastruktur yang bertujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi 3 juta warga AS. Selain itu, Obama juga berniat memotong pajak perseorangan maupun bisnis sebesar US$ 300 miliar. Namun Obama tidak mendesain harga-harga untuk rencananya kendati ia telah menegaskan akan memperlebar defisit anggaran negara. Congressional Budget Office kemarin memprediksikan deffisit anggaran akan mencapai US$ 1,18 triliun tahun ini. Sementara itu pejabat dari partai Demokrat menegaskan kembali akan bahwa target besaran paket yang akan digerojokkan Obama sebesar US$ 775 miliar. Joseph Stiglitz bilang bahwa rencana Obama tersebut tidaklah cukup. Pasalnya, hitungan Obama meletakkan pemotongan pajak lebih banyak dibandingkan pengeluaran yang lebih besar. "Obama memerlukan lebih besar dari itu," kata Stiglitz, yang menjadi professor di Columbia University in New York. Ia juga menjadi penasihat Obama selama masa kampanye. “Pemotongan pajak yang cukup besar tidak akan memberikan efek apapun," katanya. Anggota Kongres dari partai Demokrat juga mempertanyakan dampak yang bakal muncul dari rencana Obama untuk memotong pajak. Pasalnya, pemotongan pajak itu hanya akan mengembalikan US$ 500 pada individu dan US$ 1000 untuk keluarga. "Saya sangat skeptis bahwa rencana ini akan membawa perubahan," kata Senate Budget Committee Chairman Kent Conrad dari North Dakota.
Obama: Tanpa Aksi, Perekonomian AS Akan Lebih Teperosok
WASHINGTON. Presiden terpilih Barack Obama mengingatkan bahwa perekonomian AS berisiko untuk kian terjungkal ke lembah krisis jika tanpa campur tanpa campur tangan pemerintah dan pemotongan pajak. Obama juga mendesak Kongres untuk bertindak lebih cepat untuk menggulirkan paket stimulus senilai US$ 775 miliar. Dalam pidatonya secara langsung untuk publik dan para pemangku kebijakan, Obama menggambarkan potret AS dimana pendapatan keluarga mulai menyusut, tingkat pengangguran yang menanjak dan "generasi yang berpotensi dan yang menjanjikan" bakalan hilang tanpa aksi yang dilakukan oleh pemerintah. "Saya tidak percaya bahwa kini sudah terlambat untuk menangani. Tapi hal itu (terlambat-red) akan terjadi jika kita tidak mengambil langkah yang dramatis sesegera mungkin," katanya di George Mason University di Fairfax, Virginia. Ia kembali menambahkan, "Jika tidak ada satupun yang dilakukan, maka resesi ini akan terus berlangsung selama bertahun-tahun." Beberapa jam sebelum Obama melemparkan pidatonya, sejumlah laporan telah mencuat dari industri swasta. Pemerintah juga menggaris bawahi efek sepanjang tahun dari kemerosotan ini. Obama, yang akan mulai resmi berkantor pada 20 Januari nanti, mengajukan proposal stimulus perekonomian untuk dua tahun termasuk pengeluaran untuk infrastruktur yang bertujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi 3 juta warga AS. Selain itu, Obama juga berniat memotong pajak perseorangan maupun bisnis sebesar US$ 300 miliar. Namun Obama tidak mendesain harga-harga untuk rencananya kendati ia telah menegaskan akan memperlebar defisit anggaran negara. Congressional Budget Office kemarin memprediksikan deffisit anggaran akan mencapai US$ 1,18 triliun tahun ini. Sementara itu pejabat dari partai Demokrat menegaskan kembali akan bahwa target besaran paket yang akan digerojokkan Obama sebesar US$ 775 miliar. Joseph Stiglitz bilang bahwa rencana Obama tersebut tidaklah cukup. Pasalnya, hitungan Obama meletakkan pemotongan pajak lebih banyak dibandingkan pengeluaran yang lebih besar. "Obama memerlukan lebih besar dari itu," kata Stiglitz, yang menjadi professor di Columbia University in New York. Ia juga menjadi penasihat Obama selama masa kampanye. “Pemotongan pajak yang cukup besar tidak akan memberikan efek apapun," katanya. Anggota Kongres dari partai Demokrat juga mempertanyakan dampak yang bakal muncul dari rencana Obama untuk memotong pajak. Pasalnya, pemotongan pajak itu hanya akan mengembalikan US$ 500 pada individu dan US$ 1000 untuk keluarga. "Saya sangat skeptis bahwa rencana ini akan membawa perubahan," kata Senate Budget Committee Chairman Kent Conrad dari North Dakota.