Obat pahit kenaikan pajak untuk Jepang



TOKYO. Jepang mengenakan tarif pajak baru pertama kali dalam 17 tahun, hari ini, Selasa (1/4). Pajak penjualan yang dikenakan sebesar 8% dari sebelumnya 5%.Aksi pemerintah Jepang membuat warga dan pasar khawatir. Tahun 1997, ketika Jepang menaikkan pajak menjadi 5% dari 3%, sementara utang membentuk ekonomi bubble dan terjadi krisis di kawasan Asia, Jepang tercemplung ke resesi.Pemerintah berharap, kenaikan pajak kali ini bisa mengkover peningkatan biaya pensiun dan layanan kesehatan, serta membiayai stimulus yang digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Jepang berencana mencari alternatif pendapatan selain menerbitkan utang. Soalnya, utang publik Jepang mencapai ¥ 1 kuadriliun (US$ 10 triliun), atau 250% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe sebelumnya berjanji akan memberi stimulus pada ekonomi. Besaranya sekitar ¥ 5 triliun atau sekitar US$ 4,8 miliar. "Saya harus meminta warga untuk menerima kenaikan ini. Ini demi kebaikan negara," kata Abe, Selasa. Pemerintah Jepang akan menaikkan lagi pajak penjualan menjadi 10% di tahun 2015. Memang, sentimen bisnis di Jepang masih terlihat baik-baik saja sejauh ini. Hasil survei Tankan Januari-Maret yang digelar bank sentral, Bank of Japan (BOJ) menyatakan, sentimen perusahaan manufaktur raksasa hanya naik 1 poin menjadi plus 17. Sedangkan sentimen bisnis sektor jasa naik 4 poin menjadi 24. Meski begitu, sektor manufaktur besar dan kecil memperkirakan, perekonomian akan memburuk dalam tiga bulan mendatang. Indeks masa mendatang (outlook) merosot 9 poin berdasarkan survei Tankan, lebih besar ketimbang penurunan yang terjadi di tahun 1997 yaitu 8 poin.Alhasil, korporasi besar menahan anggaran belanja mereka. Di tahun fiskal baru Jepang yang dimulai 1 April ini, kenaikan anggaran belanja korporasi hanya 0,1%. Bandingkan dengan optimisme korporasi di tahun fiskal lalu yang merencanakan kenaikan capital expendinture lebih tinggi 3,9%.Namun BOJ menegaskan, kondisi saat ini berbeda dengan tahun 1997. Ketika itu, Jepang terjatuh pada resesi pas menaikkan pajak, karena goncangan perbankan domestik dan krisis finansial Asia. BOJ bilang, saat ini kondisi perbankan sehat dan pemulihan ekonomi di AS akan menahan penurunan permintaan di negara berkembang. Belanja ritel juga terpengaruh. Kozo Shibamura, General Manager di supermarket Daiei mengaku, penjualan di gerainya lebih tinggi 20% di bulan Maret karena masyarakat memborong pembelian sebelum pajak naik. Dia memperkirakan, penjualan akan turun dalam dua bulan ke depan akibat kenaikan pajak, lalu berangsur pulih di musim panas.


Editor: Sanny Cicilia