Obat penangkal galau pasar finansial



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awan mendung masih menggelayuti bursa saham Amerika Serikat (AS). Alhasil, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tercecer di zona merah. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga melemah.

Dalam sepekan, IHSG sudah turun 1,86% ke level 6.505,52. Kurs spot rupiah juga terkikis 0,17% menjadi Rp 13.628 per dollar AS. Bila dihitung dalam seminggu terakhir, kurs rupiah telah anjlok 1,3%. Pelemahan mata uang Garuda ini cenderung anomali, karena mayoritas mata uang Asia menguat.

Meski demikian, otoritas menilai pelemahan IHSG dan rupiah masih terbilang wajar. Fundamental ekonomi dalam negeri juga kuat. Karena itu, otoritas pasar modal dan sektor keuangan masih yakin IHSG dan rupiah akan menguat lagi. Selain itu, otoritas terkait juga telah bersiap seandainya pasar keuangan terus melemah.


Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan, BEI sudah memiliki protokol manajemen krisis jika terjadi kepanikan pasar. Jika IHSG turun 10%, maka sistem bursa secara otomatis akan melakukan suspensi perdagangan selama 30 menit. "Jika turun sampai 15%, perdagangan di hari itu langsung dihentikan," kata Tito kepada KONTAN, Jumat (9/2).

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menambahkan, positifnya kondisi ekonomi di AS, membuat rupiah sulit unggul. Bahkan sentimen kenaikan rating dari Japan Credit Rating Agency masih gagal mendorong rupiah naik.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo juga menyatakan, ekspektasi mengetatnya kebijakan moneter AS mendorong dollar AS menguat. "Tapi, tekanan terhadap rupiah diperkirakan mereda, didukung fundamental ekonomi Indonesia," ujar dia.

Head of LOTS Services Lotus Andalan Sekuritas Krishna Dwi Setiawan menilai, penurunan IHSG saat ini masih tak terlalu buruk. Sehingga, otoritas bursa memang belum perlu mengambil langkah agresif, seperti mengintervensi pasar.

Menurut dia, otoritas bursa dan pemerintah hanya perlu menjaga indikator makroekonomi agar sesuai harapan pasar. "Kebijakan antisipasi perlu kalau kondisi indeks jatuh seperti 2008 lalu. Sekarang kita masih jauh dari itu," ujar Krishna.

Analis Binaartha Parama Sekuritas M Nafan Aji juga sepakat. Ia berpendapat, pemerintah bisa menopang indeks dengan menerbitkan kebijakan ekonomi strategis. Pemerintah bisa menerbitkan kebijakan yang dapat menarik investor strategis masuk ke Indonesia.

Dalam jangka pendek, Reny memprediksi rupiah masih melemah di Rp 13.500–Rp 13.600 per dollar AS. Di akhir tahun, rupiah berpotensi mencapai Rp 13.598 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini