Obligasi Arab Saudi lolos ujian pertama setelah kasus pembunuhan Jamal Khashoggi



KONTAN.CO.ID - DUBAI. Arab Saudi mendapat tanggapan yang positif dalam ujian pertamanya terhadap sentimen pasar obligasi internasional sejak berada di bawah pengawasan ketat dari pemerintah asing dan investor atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Seperti dikutip Reuters, Arab saudi mengincar dana sebesar $ 7,5 miliar lewat penerbitan obligasi. Namun minat investor rupanya jauh lebih tinggi. "Penerbitan ini mendapat minat yang signifikan dari investor internasional, hingga orderbook mencapai $ 27,5 miliar," tulis pernyataan dari Kementerian Keuangan Arab Saudi.

Dari dokumen yang didapat Reuters, penerbitan tersebut merupakan surat utang dual tranche yang akan jatuh tempo pada tahun 2029 dan 2050. 


Penjualan obligasi tersebut menurut Timothy Ash, Ahli Senior Strategi Pasar Negara Berkembang dari Bluebay Asset Management bertepatan dengan kondisi di pasar negara berkembang yang mulai membaik. Diiringi dengan tren imbal hasil selama beberapa minggu terakhir.

Sementara analis lain menilai dampak kasus Khashoggi mulai memudar bagi investor global. Sergey Dergachev, Manajer Portofolio senior di Union Investment yang berbasis di Jerman, menilai investor sudah mulai mengesampingkan kasus Khashoggi dalam melihat investasi terkait Arab Saudi. "Terutama karena beberapa perombakan pemerintah yang signifikan pada dua minggu lalu," ungkapnya.

Namun masih belum jelas dari mana sebagian besar permintaan pembelian surat utang tersebut berasal.

Terpukul oleh merosotnya harga minyak, Arab Saudi telah menjual US$ 52 miliar obligasi internasional sejak debutnya pada tahun 2016 lalu. Negara kerjaan tersebut berencana untuk meningkatkan pinjaman tahun ini, bersama dengan naiknya pengeluaran negara.

Tetapi kepercayaan di kalangan investor sempat terpukul setelah pembunuhan Khashoggi, yang hingga penjelasan belum didapat secara rinci. Selain itu, ada pula efek dari keterlibatan Arab dalam perang di Yaman.

Saat ini nilai utang Arab Saudi sudah berjumlah 560 miliar riyal atau setara US$ 149,29 miliar. Jumlah ini setara 19,1% dari PDB pada 2018. Pemerintah Arab saudi memperkirakan nilai tersebut akan meningkat menjadi 678 miliar riyal alias 21,7% dari PDB tahun ini.

Editor: Tendi Mahadi